Sabtu 16 Feb 2019 23:24 WIB

Pengamat: Jokowi Angkat Infrastruktur, Prabowo Incar Pangan

Gaya masing-masing calon dinilai tak perlu diubah.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Teguh Firmansyah
Suasana gladi kotor debat kedua Pilpres 2019 di Ballroom Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, Sabtu (16/2).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suasana gladi kotor debat kedua Pilpres 2019 di Ballroom Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, Sabtu (16/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menilai, dalam debat kedua Pilpres 2019 isu pangan akan menjadi topik yang paling banyak dibahas. Sebab, menurut dia, isu tersebut memiliki beberapa titik kelemahan bagi Jokowi dan menjadi isu yang cukup dikuasai oleh Prabowo.

"Saya kira sektor pangan (akan paling banyak dibahas) karena selain banyak titik lemah, Prabowo itu agak sedikit menguasai isu pangan karena dia (pernah menjabat) Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia atau HKTI," ujar Karyono saat ditemui Republika.co.id di Menteng, Jakarta, Sabtu (16/2).

Baca Juga

Di sisi lain, menurut Direktur Eksekutif IPI itu, isu infrastruktur juga akan menjadi topik berikutnya yang mendapat porsi cukup banyak dalam debat kedua. Karena bagi Jokowi hal itu merupakan sebuah keberhasilan.

"Tapi bagi Prabowo, maka dia harus mendelegitimasi keberhasilan itu dengan cara mempertanyakan, biayanya dari mana. Biayanya dari utang, lalu akan mengangkat isu kebocoran (dana) di situ. Menariknya di situ," imbuhnya.

Tetapi, lanjutnya, semua isu akan menjadi menarik kalau kedua capres itu berdebat didukung dengan data. Selain itu, komunikasi yang terjadi di antara keduanya juga harus lepas. Artinya, komunikasi saat debat tidak perlu tegang atau kaku.

"Oleh karena itu, tim konsultan keduanya dan juga moderator memiliki peranan yang strategis. Bagaimana peran moderator menghidupkan suasana debat supaya lebih menarik," paparnya.

Lalu peran tim konsultan atau pemenangan masing-masing capres, kata dia, tidak perlu mengubah gaya komunikasi kedua capres tersebut. Karena baik Jokowi maupun Prabowo memiliki persamaan dalam gaya komunikasi, yaitu keduanya tidak bisa terlalu di-frame atau diatur.

"Keduanya sebenarnya punya karakteristik komunikasi yang natural atau alami. Sehingga yang jadi penting adalah kontennya," ucap Karyono.

Selain itu, ia berpendapat, keduanya juga perlu mempersiapkan pemanfaataan waktu yang terbatas secara efektif. Sehingga tidak perlu diberikan banyak informasi dan data. "Nanti malah jadi membingungkan keduanya, malah jadi kaku, enggak menarik," tuturnya.

Dia juga menambahkan, sebagai challenger atau penantang, Prabowo tidak hanya menyerang Jokowi dengan data yang ada. Tetapi juga harus menyiapkan solusi yang rasional. Sementara itu, sebagai pejawat, menurut Karyono, Jokowi juga harus bisa mengantisipasi kira-kira serangan seperti apa yang akan dilempar oleh kubu Prabowo.

"Misalnya, impor pangan, karena kan masuk dalam tema debat. Nah, impor pangan kemungkinan besar akan diangkat oleh Prabowo dalam debat dengan pertanyaan-pertanyaan 'kenapa masih impor pangan?' ucap Karyono.

Seperti diketahui debat kedua Pilpres 2019 akan mempertemukan kedua capres, yakni Jokowi dan Prabowo. Debat yang akan berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta, Ahad (17/2) itu mengangkat tema pangan, energi, lingkungan hidup, dan infrastruktur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement