REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Sidang Tanwir Muhammadiyah 2019 yang dibuka Presiden Joko Widodo pada Jumat (15/2) akan ditutup Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Minggu (17/2) ini. Sidang Tanwir tahu ini mengambil tema beragama yang mencerahkan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Headar Nashir mengatakan, tema Tanwir tahun ini tidak diambil secara spontan, akan tetapi telah didiskusikan sejak lama di PP Muhammadiyah. Tema tanwir ini merupakan bagian dari peran Muhammadiyah dalam mengatasi persoalan sosial terutama persoalan dalam keagamaan.
“Lalu sampai pada kesimpulkan kita perlu mengangkat isu dan tema beragama yang mencerahkan terkait berbagai asepek kehidupan terutama politik,” kata Haedar saat berbincang dengan wartawan yang meliput siding Tanwir di Kampus Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB), Sabtu (16/2).
Baca juga, Jihad Menurut Pandangan Muhammadiyah.
Haedar menyampaikan, khusus untuk masalah keagamaan dalam sepuluh tahun terakhir ini, Muhammadiyah melihat, ada gairah untuk hidup beragama secara lebih tinggi. Dan itu kata Haedar bukan terjadi hanya di kalangan agama Islam. Akan tetapi di agama lain juga yang ada di Indonesia sangat tinggi. “Yang kemudian juga bermuara pada peneguhan identitas keagamaan yang kental,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (kedua kiri), Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah (kiri), Ketua pimpinan wilayah Muhammadiyah Bengkulu Syaifullah (kanan) menghadiri pembukaan Tanwir Muhammadiyah di Balai Semarak Bengkulu, Jumat (15/2/2019).
Sebabnya kata Haedar banyak faktor, mengapa dalam 10 terakhir ini ada kecenderungan orang bergairah untuk kembali kepada pangkuan agama dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya. Sehingga banyak terjadi seperti sekarang ini fenomena hijrah di kalangan selebritis.
“Faktornya antara lain karena proses perubahan sosial dan moderenisasi yang melahirkan sekulerisasi, lalu muncul respons untuk agama hadir sebagai kanopi suci atau sebagai oase di tengah ancaman sekulrisme dan itu benar,” katanya.