Sabtu 16 Feb 2019 12:52 WIB

Pangan Jadi Isu yang Paling Ingin Didengar Saat Debat

Debat kedua seharusnya lebih dapat menonjolkan visi misi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Ketua KPU Arief Budiman (kanan) bersama Komisioner KPU Hasyim Asy'ari (kiri) berfoto bersama para panelis debat kedua capres, Sabtu (9/2).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Ketua KPU Arief Budiman (kanan) bersama Komisioner KPU Hasyim Asy'ari (kiri) berfoto bersama para panelis debat kedua capres, Sabtu (9/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Debat Capres kedua yang akan diadakan pada Ahad (17/2) diharapkan akan lebih menonjolkan sisi perdebatan dari kedua Capres, bukan seperti cerdas cermat. Menurut Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Toto Sugiarto, debat kedua nanti seharusnya lebih dibebaskan dan dapat menonjolkan visi misi kedua pasangan calon untuk Indonesia lima tahun ke depan.

Debat kedua akan mengangkat tema energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup. Bidang- bidang tersebut bisa menjadi andalan bagi kedua capres untuk menarik suara.

Baca Juga

Menurut Toto, isu kedaulatan pangan akan menjadi hal yang paling ingin didengar oleh masyarakat. Apalagi impor pangan yang masih sering terjadi, padahal produksi masih banyak. Impor juga terjadi ketika panen dan menghancurkan harga jual di level petani.

"Saya kira itu bisa menjadi senjata Prabowo kalo dia bisa menggunakannya. Di sisi lain Jokowi juga bisa membela diri juga, kenapa harus tetap impor," kata Toto.

Sementara itu, bidang infrastruktur bisa menjadi andalan Jokowi yang selama lima tahun sudah melakukan pembangunan besar-besaran. Namun, Prabowo juga dapat mengkritisi hal tersebut dari segi ekonomi maupun ketidakmerataannya.

"Debat itu seharusnya benar-benar menggali kemampuan pemikiran, ide, gagasan capres. Yang ditonjolkan itu bukan mekanismenya, tapi bagaiamana capres itu benar-benar mendebat visi misi yang akan dilakukan jika terpilih," ujar Toto.

Masyarakat umum banyak yang kecewa dengan debat pertama karena moderator lebih menonjol. Mekanismenya pun terlihat seperti cerdas cermat dan sidang sarjana. Hal ini menghambat kedua pasangan calon dalam upaya mereka untuk menyampaikan visi misi.

Selain itu, Toto berpendapat bahwa debat capres sebelumnya seakan-akan menguji kedua pasangan. Padahal seharusnya dalam debat capres, kedua pasangan calon bisa mendebat berbagai ide dan gagasan satu sama lain.

"Debat harus benar-benar menggali pemikiran dan kebijakan mereka. Juga dengan perdebatan kelemahan masing-masing, apa yang sudah dilakukan, dan apa yang akan dilakukan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement