REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Meteorologi,Klimatologi,dan Geofisika (BMKG) menegaskan informasi yang beredar mengenai prediksi gempabumi megathrust yang akan terjadi akhir februari sebagai kabar bohong. Prediksi tersebut mengutip situs Ditrianum yang berbasis di Belanda.
BMKG pun meminta masyarakat untuk tidak mengindahkan informasi tersebut dan tidak menyebarkannya ulang. Deputi Bidang Geofisika, Muhammad Sadly mengatakan, hingga saat ini belum ada alat maupun teknologi yang bisa memprediksi secara akurat, kapan, dimana, dan berapa kekuatan gempa yang akan terjadi. Situs tersebut, kata Sadly memprediksi gempa berdasarkan geometri planet.
"Gempa bisa terjadi sewaktu-waktu, kapan saja dan dimana saja. Namun, perlu saya tegaskan bahwa hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi gempa secara akurat dan presisi," kata dia dalam siaran persnya, Jumat (15/2).
Namun demikian, BMKG kembali meminta masyarakat untuk tetap mewaspadai potensi terjadinya gempa bumi diseluruh wilayah Indonesia. Mengingat, Indonesia terletak berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur.
"Fakta inilah yang perlu dipahami secara menyeluruh oleh masyarakat sehingga tidak dengan mudah mempercayai prediksi-prediksi gempabumi yang beredar di sosial media dari orang perorang atau lembaga yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan," imbuhnya.
Sadly juga meminta media agar tidak memberikan persepsi yang salah maupun menggoreng informasi tersebut karena hanya akan menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat. Media, kata dia, harus mengedukasi dan memberi pemahaman penuh kepada masyarakat terkait kondisi geologi Indonesia dan dampaknya terhadap alam Indonesia.