Jumat 15 Feb 2019 15:48 WIB

Ketua PP Muhammmadiyah: Terima Kasih Pak Presiden

Kehadiran Presiden sudah lama diharapkan Pemerintah dan rakyat Bengkulu.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Gita Amanda
Presiden Jokowi tiba di Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu, Jumat (15/2) untuk membuka Tanwir Muhammadiyah ke-51.
Foto: Republika/Sapto Andiko Condro
Presiden Jokowi tiba di Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu, Jumat (15/2) untuk membuka Tanwir Muhammadiyah ke-51.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang hadir membuka Tanwir. Kehadiran Presiden menjadi sangat diharapkan Pemerintah Bengkulu dan seluruh rakyat Bengkulu.

Baca Juga

"Kami sampaikan terima kasih kepada Presiden RI yang telah meluangkan waktunya di tengah kepadatan acara," kata Muhmaad saat menyampaikan sambutan dalam pembukaan Tanwir, Jumat (15/2).

Haedar mengatakan, selain warga Muhammadiyah yang merasa bersyukur. Masyarakat Bengkulu juga sudah sejak lama mengharapkan wilayahnya dikunjungi. 

"Dan Pemerintah Provinsi Bengkulu yang sudah berbulan-bulan sejak kami putuskan Bengkulu jadi tempat Tanwir agar beliau hadir," ujarnya.

Menurut Haedar, pertimbangan PP Muhammadiyah menjadikan Bengkulu tempat sidang Tanwir karena, Bengkulu memiliki sejarah dengan perjuangan Muhammadiyah. "Provinsi ini punya sejarah lahirnya tokoh Muhammadiyah dan tokoh bangsa," katanya.

photo
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato saat pembukaan Tanwir Muhammadiyah di Balai Semarak Bengkulu, Jumat (15/2/2019).

Headar Nashir mengingatkan kembali bahwa sosok Hasan Din yang merupakan ayahanda dari Ibu Negara Fatmawati merupakan konsul Muhamadiyah pada tahun 1939 sampai 1942. Beliau pengusaha ternama dan ayah dari Ibu Negara Fatmawati.

"Selain itu, Soekarno beberapa tahun di sini pernah menjadi Ketua Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah," katanya.

Selain menyinggung Hasan Din, kepada Presiden Jokowi, Haedar juga menyapaikan sesosok tokoh Tionghoa yang juga memiliki kontribusi terhadap perjuangan bangsa Indonesia. "Lalu ada tokoh Karim Oei warga Tionghoa Muslim pengusaha besar dan perintis Persatuan Islam Tionghoa Indonesia," ujarnya.

Karena hal itulah kata Haedar Tanwir dilaksanakan di Bengkulu. Dengan tujuan mengenang para tokoh dan pahlawan nasional yang pernah tinggal di Bengkulu.

"Karenanya kami ingin mengenang jejak dan menyambung mata rantai para tokoh yang tak hanya hadir untuk Muhamadiyah namun untuk bangsa dan negara," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement