REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Mantan komandan kelompok radikal Negara Islam Indonesia (NII), Ken Setiawan, meminta Pemerintah Indonesia dan masyarakat untuk waspada. Karena, ada potensi terjadinya aksi teror menjelang Pilpres 2019 dari kelompok yang mendukung terbentuknya khilafah di Indonesia.
"Hari ini para pendukung Khilafah sangat marah oleh beberapa sebab," kata Ken Setiawan, yang juga pendiri NII Crisis Center, Jumat (15/2).
Ken menilai, beberapa teror belakangan muncul seperti pembakaran kendaraan di Provinsi Jawa Tengah bukanlah kebetulan, namun sudah direncanakan. Menurut dia, tujuannya jelas bahwa kelompok khilafah ingin jelang Pilpres suasana tidak kondusif, dan ini bisa jadi amunisi untuk memojokkan aparat keamanan dan pemerintah yang diangap gagal dalam memberikan rasa aman di masyarakat.
Kekecewaan pendukung Khilafah, lanjut Ken, bisa menimbulkan rasa pesimistis dan putus asa di kalangan kelompok itu yang di Indonesia diakuinya cukup banyak. Mereka merupaka eksnapi teroris, deportan Suriah dan kelompok radikal yang kini pimpinan mereka ditangkap dan ditahan.
"Ketika punya komandan, mereka akan mudah dikontrol dan dimonitor. Tapi bila tanpa komandan, maka ini yang berbahaya karena mereka punya keterampilan membuat bom. Jadi bisa saja mereka melakukan aksi kapan dan di manapun mereka mau," katanya. "Sel-sel (teroris) tidur banyak yang masih aktif, ini sangat berbahaya," lanjut Ken.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan pemerintah siap mengantisipasi beragam ancaman keamanan termasuk aksi terorisme menjelang, selama, dan setelah Pemilu Presiden 2019.
"Potensi ancaman terorisme pasti ada, dan itu yang kita waspadai, antisipasi, jangan lengah," katanya.
Ryamizard mengatakan antisipasi dan pencegahan yang efektif harus dilakukan oleh semua pihak, melibatkan seluruh instansi termasuk rakyat. "Tidak mungkin hanya aparat keamanan saja, semua harus terlibat semua instansi dan rakyat," ujarnya.
Menhan menegaskan ancaman terorisme itu nyata. "Maka perlu kerja sama semua pihak untuk mengantisipasi dan mengatasinya. Di dalam negeri kita harus solid, bersatu. Dengan luar negeri, kita harus menjalin kerja sama yang baik dengan semua negara untuk memberantas terorisme. Kita tidak bisa sendiri-sendiri," kata mantan kepala staf Angkatan Darat itu.