REPUBLIKA.CO.ID, KARANGANYAR -- Sampai dengan pekan ketujuh tahun 2019, tercatat 102 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Karanganyar. Dari jumlah kasus tersebut, belum ada pasien yang meninggal dunia.
Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Rita Ratna Sari Dewi, mengatakan, kasus DBD terjadi di 14 kecamatan dari 17 kecamatan di Karanganyar. Tiga kecamatan yang belum tercatat kasus DBD yakni Jenawi, Karangpandan, dan Ngargoyoso.
"Tahun 2018 ada 77 kasus. Ini peningkatan kasus luar biasa. Karena musim hujan. Kalau tahun kemarin kemarau panjang, jadi nyamuk Aedes aegypti tidak hidup," ucap Rita saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (14/2).
Rita merinci, dari 14 kecamatan tersebut, paling banyak kasus DBD di Kecamatan Karanganyar yang tercatat 25 kasus. Disusul kecamatan Tasikmadu 15 kasus, sedangkan kecamatan lainnya rata-rata dua sampai sembilan kasus.
Menurutnya, meski kecamatan Karanganyar dan Tasikmadu tergolong wilayah kota, hal itu tidak menjamin masyarakatnya hidup bersih. Sebab, nyamuk Aedes aegypti justru senang bersarang dan bertelur di tempat-tempat yang bersih. Misalnya, genangan air di pot bunga, tempat dispenser, pagar bambu, dan lainnya.
Baca juga, Jiwasraya Sediakan Produk Asuransi DBD
Kemudian di Kecamatan Mojogedang terdapat dua kasus dimana ditemukan sumber penularan dari sumur yang tidak digunakan. Sumur tersebut kemudian menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti. Setelah diketahui, sumur tersebut kemudian ditaburi bubuk abate dan ditutup agar nyamuk tidak bisa masuk.
"Air hujan tergenang itu buat perindukan nyamuk. Itu yang bikin penyebaran DBD banyak karena naymuknya banyak," imbuhnya.
Rita menambahkan, nyamuk tidak bisa hidup di daerah tinggi. Nyamuk aedes bisa hidup di dataran rendah dengan catatan ada air bersih tergenang. Namun, di kecamatan Tawangmangu yang geografisnya wilayah dataran tinggi tahun ini terdapat dua kasus DBD.
"Harusnya di Tawangmangu itu juga enggak ada kasus, tapi dapat impor dari wilayah lain. Karena di Tawangmangu nyamuk tidak bisa hidup," jelasnya.
Tahun lalu, kasus DBD terbanyak di kecamatan Gondangrejo, Tasikmadu, Jaten, dan Colomadu. Daerah-daerah tersebut merupakan wilayah padat penduduk.
Dalam mencegah agar tidak terjadi penambahan kasus DBD secara signifikan, DKK Karanganyar telah melakukan bebagai upaya. Salah satunya dengan membuat surat untuk lintas sektor supaya diterapkan di keluarga masing-masing untuk menjaga lingkungan. Terutama imbauan agar jangan sampai ada air bersih tergenang untuk bertelur nyamuk. "Puskemas juga kami buatkan surat untuk kewaspadaan. Termasik kewaspadaan terhadap perkembangan kasus dan kewaspadaan untuk tata laksana pasien. Ada pasien masuk gajala panas kita curiga DBD dulu," ujarnya.
Puskesmas juga diminta agar jika ada pasien dengan gajala klinis mirip DBD maka tata laksana harus tepat. Dan jika butuh dirujuk harus segera dirujuk. Sebab, sebagian kasus pasien DBD meninggal karena terlambat dirujuk.
Selain itu, setiap rumah sakit yang merawat pasien DBD wajib melapor pada dinas kesehatan. Hal itu untuk melakukan penyelidikan ke alamat pasien untuk mencari sumber penularan. Serta, mencari kemungkinan adanya pasien lain yang tidak diketahui.