Kamis 14 Feb 2019 12:44 WIB

Jelang Tanwir, Haedar Nashir Luncurkan Buku Baru

Haedar antara lain menyoroti soal ekspresi kecintaan terhadap Indonesia

Rep: Ali Yusuf/ Red: Hasanul Rizqa
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat menyampaikan tanggapan dalam bedag buku. Indonesia dan Keindonesian Persepektif Sosiologis di UM Bengkulu, Rabu (13/2)
Foto: Republika/Ali Yusuf
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat menyampaikan tanggapan dalam bedag buku. Indonesia dan Keindonesian Persepektif Sosiologis di UM Bengkulu, Rabu (13/2)

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Muhammadiyah akan menggelar sidang tanwir atau rapat kerja di Bengkulu pada 15-17 Februari 2019. Menjelang pembukaan acara itu, pihak panitia mengadakan berbagai kegiatan.

Di antaranya adalah peluncuran dan diskusi buku Indonesia dan Keindonesiaan: Perspektif Sosiologis karya Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Buku setebal 308 halaman itu diterbitkan Suara Muhammadiyah.

“Buku ini saya tulis secara serius, sekitar empat bulan. Dan karena judulnya (memuat kata) Indonesia, ini ditulis di seluruh Kepulauan Indonesia. (Naskahnya) sering ditulis di bandara, tempat-tempat di mana saya menunggu pesawat dan lain sebagainya,” kata Haedar Nashir dalam acara tersebut di aula Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Rabu (13/2) malam.

Dalam kesempatan itu dia memaparkan tujuan penulisan karyanya itu, yakni mengajak para pembaca untuk melihat berbagai masalah melalui aneka perspektif. Selain itu, dia ingin memaknai kembali ihwal keindonesiaan.

Salah satu catatan khusus Haedar Nashir adalah ekspresi kecintaan terhadap Indonesia. Dia menegaskan, rasa cinta tidak bisa berhenti pada sekadar klaim di lisan, tetapi juga harus diwujudkan melalui perbuatan.

Cendekiawan kelahiran Bandung, Jawa Barat, itu mengaku prihatin dengan kondisi sosial-politik bangsa Indonesia dewasa ini. Tidak jarang publik menyaksikan adanya "logika-logika pendek" dalam memahami keindonesiaan.

"(Slogan) 'Aku Cinta Indonesia', 'NKRI Harga Mati' dan banyak sekali slogan dan itu bagus. Namun, saya bertanya, apakah slogan-slogan itu dihayati betul, dipahami betul sesungguhnya Indonesia itu seperti apa," ujar dia.

Menurut dia, realitas sosial di Indonesia mesti dilihat secara bijak karena hal itu begitu dinamis dan kompleks. Dialektika kesadaran yang terjadi antarelemen di Tanah Air berlangsung terus-menerus.

Karena itu, dia berharap, buku Indonesia dan Keindonesiaan: Perspektif Sosiologis dapat ikut menyumbang inspirasi dan pencerahan dalam memaknai kondisi Indonesia saat ini, khususnya melalui perspektif sosiologi.

Turut hadir dalam peluncuran buku ini, antara lain, Bendahara Umum Muhammadiyah Suyatno, Bendahara Muhammadiyah Marpuji Ali, dan Ketua Muhammadiyah Prof Yunahar Ilyas.

Kemudian, Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini dan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Bengkulu Syaifullah. Unsur akademisi dan pemerintah juga hadir, antara lain, dosen Universitas Muhammadiyah Bengkulu Ledyawati dan Deputi Komunikasi Politik Kantor Staf Kepresidenan Tatang Badrun Taman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement