REPUBLIKA.CO.ID, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menolak memenuhi permintaan sejumlah santri di Jawa Tengah dan Jawa Timur dirinya meminta maaf terkait puisinya berjudul 'Doa yang Tertukar'. Fadli menilai tidak ada satu pun perbuatan yang melawan hukum dalam puisinya tersebut.
"Ini mau melaporkan puisi? Silakan saja laporkan puisinya, tapi puisi itu kan bagian dari ekspresi," kata Fadli di Jakarta, Selasa (12/2).
Ia kembali menegaskan bahwa puisi tersebut tidak ia tunjukan untuk KH Maimoen Zubair. Sebab, menurutnya, ada kata penguasa di dalam puisinya itu.
"Emang Mbah Moen penguasa? Lagian kan itu puisi, tapi kalau mau digoreng, ya digoreng aja silakan," ujarnya.
Ia mengaku menghormati sosok ulama seprrti Maimun. Karena itu, ia pun meminta kepada pihak-pihak yang melaporkannya untuk berpikir lebih jernih.
"Jadi tolonglah digunakan akal sehatnya," katanya.
Sebelumnya para santri yang tergabung dalam Aliansi Santri Membela Kiai (ASMAK) menggelar demo di Alun-alun Kudus, Jawa Tengah, Jumat (8/2). Hal serupa juga dilakukan oleh para santri dan GP Anshor di Kabupaten Probolinggo. Mereka menuntut wakil ketua DPR tersebut untuk meminta maaf terkait puisi tersebut yang dinilai menghina kiai NU.