Selasa 12 Feb 2019 22:36 WIB

Pengamat: Calon Harus Yakinkan Pemilih di Debat

Pada debat pertama, kedua pasangan terlihat tegang.

Debat capres-cawapres (Ilustrasi).
Foto: Dok Republika.co.id
Debat capres-cawapres (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pengamat Politik Universitas Brawijaya Malang Wawan Sobari berharap, pada debat calon presiden mendatang, kedua calon bisa memaparkan politik visi dengan data dan fakta terperinci. Hal itu guna memberi keyakinan terhadap publik atas calon yang akan dipilih.

Wawan menjelaskan, berdasarkan pandangannya, terkait pelaksanaan debat tersebut, kedua pasangan calon jangan melihat dari sisi elektabilitas saja. Kedua calon harus memikirkan bagaimana meyakinkan para pemilih untuk menentukan pilihan atas siapa yang akan memimpin Indonesia dalam waktu lima tahun kedepan.

"Jadi kalau melihat debat itu, jangan melihat soal elektabilitas, tidak pengaruh. Sebenarnya efek yang berpengaruh itu persuasi, yaitu bisa semakin meyakinkan pemilih," kata Wawan, kepada Antara, di Malang, Jatim, Selasa (12/2).

Berdasarkan data dari Lingkaran Survei Indonesia, pascadebat pertama lalu, eletabilitas pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tidak mengalami perubahan yang signifikan. Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf pascadebat tersebut adalah 54,8 persen, atau tidak berubah signifikan dari survei sebelumnya yakni 54,2 persen.

Sementara pasangan Prabowo-Sandi, sebelum debat tercatat 30,6 persen, dan pascadebat menjadi 31 persen. "Efek persuasi tersebut bisa muncul saat kualitas debat bagus. Debat yang bagus adalah, bagaimana menunjukkan visi dari masing-masing pasangan calon, yang terekam dalam program, berupa data termasuk fakta," tutur Wawan.

Wawan menambahkan, kedua pasangan calon diharapkan bisa memaparkan politik visi yang didukung data dan fakta. Jokowi sebagai pihak petahana, seyogyanya bisa memiliki data terkait apa saja yang sudah dicapainya dalam waktu lima tahun kepemimpinannya.

Sementara kubu Prabowo, bisa memberikan alternatif kebijakan dari apa yang sudah dilakukan oleh pemerintahan saat ini. Dengan kondisi tersebut, kedua pasangan calon akan bisa memberi gambaran kepada para pemilih, sebagai perbandingan kebijakan dalam menentukan pilihan.

"Visi verbal itu, harus bisa memberikan kepada pemilih terkait opsi kebijakan apa yang dimiliki. Sehingga publik bisa membandingkan, mana yang leibih baik," ujar Wawan.

Dalam debat pertama, baik pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terlihat tegang. Argumentasi yang disampaikan dalam debat tersebut, baik oleh Joko Widodo maupun Prabowo Subianto cenderung defensif, atau saling mempertahankan pendapat masing-masing.

"Kemarin sangat defensif, kali ini seharusnya tidak seperti itu. Jokowi harus lebih percaya diri, sementara Prabowo harus bisa mencari kelemahan dari program-program yang sudah dijalankan, tentunya dengan menghadirkan pandangan baru," tutur Wawan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement