REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Target serapan Bulog Sub Divre Indramayu pada tahun ini menurun tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu untuk mengantisipasi membusuknya simpanan beras di gudang menyusul terbatasnya penyaluran beras oleh Bulog.
Kepala Bulog Sub Divre Indramayu, Anwar Kurniawan, menyebutkan, pada 2019, target serapan Bulog Indramayu hanya sekitar 32 ribu ton. Jumlah itu sudah disesuaikan dengan kemampuan penyaluran Bulog.
"Target serapan memang kami turunkan," ujar Anwar, Selasa (12/2).
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, target serapan Bulog Indramayu biasanya di kisaran 100 ribu ton per tahun. Selain untuk memasok kebutuhan rastra (yang dulu bernama raskin), serapan Bulog juga dilakukan untuk memasok kebutuhan beras ke daerah lain, baik di Jabar maupun di luar Jabar.
Namun, mulai 2018, program rastra tidak ada lagi. Pemerintah menggantinya dengan bantuan pangan non tunai (BPNT). Hal itu akhirnya berdampak pada penyaluran beras oleh Bulog maupun target serapannya.
Pada 2018, Anwar menyebutkan, target serapan Bulog Indramayu mencapai 89 ribu ton. Dari jumlah tersebut, yang terealisasi hanya 37 persen.
Rendahnya serapan itu bukan disebabkan oleh ketiadaan beras di petani. Namun, Bulog memiliki keterbatasan dalam hal penyalurannya.
"Kami tidak tahu akan mengirimkannya ke mana," terang Anwar.
Anwar mengatakan, Bulog Indramayu tidak mau mengambil risiko menyimpan beras terlalu lama. Pasalnya, beras-beras tersebut dikhawatirkan membusuk di gudang penyimpanan jika tak kunjung disalurkan.
Untuk itulah, target penyerapan beras pada 2019 ini disesuaikan dengan kemampuan untuk penyalurannya. Sejauh ini, beras Bulog dilepas lewat kegiatan operasi pasar. Meski target diturunkan, stok beras di Kabupaten Indramayu aman hingga September 2019.
Anwar pun memastikan, beras yang saat ini tersimpan di gudang Bulog Indramayu dalam kondisi layak konsumsi. Dari hasil pengecekannya, tidak ditemukan adanya beras yang busuk seperti di daerah lain.
"(Beras di gudang Bulog Indramayu) dalam kondisi baik," tegas Anwar.
Untuk menghindari kerusakan kualitas beras yang tersimpan di gudang, Anwar menyatakan, pihaknya secara berkala menyemprotkan anti jamur. Selain itu, penyimpanan beras di gudang pun diusahakan tidak terlalu lama.
Terpisah, Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang mengatakan, untuk saat ini, berkurangnya penyerapan oleh Bulog tidak terlalu berdampak pada petani. Pasalnya, harga gabah di lapangan lebih tinggi dibandingkan harga pembelian oleh Bulog.
"Jadi petani lebih memilih menjual gabahnya ke pasaran dibandingkan ke Bulog," ujar Sutatang.