REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menargetkan transportasi di DKI Jakarta dapat terintegrasi pada 2020. Anies telah menyusun perencanaan agar semua transportasi bisa dalam satu jaringan yang sama.
“Soal integrasi, ditargetkan 2020 integrasi sudah terjadi di semuanya, semua moda yang berada dalam kendali DKI. Tadi kita menyusun roadmap-nya sehingga semua operator dalam satu jaringan yang sama dan yang tak kalah penting adalah operator-operator itu bisa hidup dengan baik,” ujar Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (4/2).
Dia mengatakan, integrasi transportasi bukan hanya berarti transportasinya terintegrasi. Namun dari segi bisnis juga sehat, termasuk sopir dan juga perawatan kendaraannya.
“Harapannya adalah terintegrasi itu membuat ekosistem hidup dengan baik, sehat secara bisnis, dan bagi masyarakat fasilitasnya sesuai dengan harapan,” kata Anies.
Dalam kesempatan itu, Anies menyebut telah selesai membahas persiapan pengoperasian Moda Raya Terpadu (MRT). Dia memastikan, pada Maret mendatang, kereta itu akan digunakan untuk umum.
Namun, dia masih belum mau menjelaskan perihal tarif MRT. “Belum (ada update tarif),” kata dia.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar juga menyebut pada pertemuan rapat di Balai Kota DKI Jakarta pada Senin ini, tak disinggung perihal tarif. “Belum, tadi, nggak disinggung soal itu tarif. Kita tinggal nunggu pemerintah,” kata William di Balai Kota DKI Jakarta, Senin.
Dia mengaku belum tahu mengenai perkembangan lebih lanjut mengenai tarif MRT. Dia menuturkan, telah mengajukan tarif sebesar Rp 8.500 hingga Rp 10 ribu per kilometer.
“Mungkin sekarang saya nggak tahu prosesnya soal integrasi tadi bagaimana melakukan integrasi ya itu. Pasti subsidi. Rp 8.500 itu subsidi sudah angka subsidi,” kata dia.
William juga telah menerbitkan kartu untuk pembayaran yang juga telah terintegrasi dengan kartu Jak Lingko. Kartu itu diberi nama kartu Jelajah.
Kartu Jelajah itu memiliki sistem dari MRT. Rencananya, MRT akan menerbitkan kartu berikutnya yang telah dilakukan integrasi.
William juga menjelaskan mengapa kartu yang digunakan untuk pembayaran MRT tak menggunakan kartu Jak Lingko. “Kan butuh waktu proses integrasi, sementara MRT sudah mau beroperasi di Maret. Nggak mungkin karena kita harus bikin kartunya lama, sementara kartu MRT sudah dibikin setahun yang lalu,” kata dia.
Kartu itu, kata dia, telah lolos seleksi Bank Indonesia. Sementara dalam waktu dekat, ia akan mulai melibatkan tujuh bank yang lain.
“Kartu bank. Jadi nanti pada saat MRT berperasi itu yang pertama adalah kartu MRT, yang kedua adalah tujuh kartu bank lain yang kita seleksi ini,” kata dia.