Senin 04 Feb 2019 10:31 WIB

CSI Perkenalkan Metode Baru Menghafal Alquran

Metode Quantum Reading Quran mengubah stigma sulit dalam menghafal Alquran.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Inovator QRQ, Ustaz Abu Rabbani, saat mengenalkan metode Quantum Reading Quran (QRQ) ke guru-guru sekolah Muhammadiyah di Gedung Dakwah Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Bantul, Sabtu (2/2).
Foto: Wahyu Suryana/REPUBLIKA
Inovator QRQ, Ustaz Abu Rabbani, saat mengenalkan metode Quantum Reading Quran (QRQ) ke guru-guru sekolah Muhammadiyah di Gedung Dakwah Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Bantul, Sabtu (2/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Cyber School Indonesia (CSI) memperkenalkan metode baru menghafal Alquran bernama Quantum Reading Quran (QRQ). Metode ini menggunakan pengalaman baru yang turut mencoba mengubah stigma sulit dalam menghafal Alquran.

Inovator QRQ, Ustaz Abu Rabbani mengatakan, metode ini dilatarbelakangi masih tingginya angka ketidakmampuan masyarakat membaca Alquran. Di Jawa Barat misal, angkanya yang diungkapkan mantan gubernur Ahmad Heryawan mencapai 50 persen.

Jika angka kemampuan membaca saja masih rendah, bayangkan rendahnya kemampuan tartil masyarakat atau membaca dengan tajwid dan makhraj yang jelas dan benar. Kondisi itulah yang dievaluasi teman-teman QRQ.

"Karena memang ketidakmampuan dan ketidakminatan, bahkan ada kesan seram dalam belajar membaca Alquran," kata Abu kepada Republika.co.id, Sabtu (2/2).

Padahal, ia mengingatkan, Allah SWT melalui surat Al Qamar misalnya, jelas sudah memudahkan Alquran untuk dipelajari. Pengalaman masa kecil dirasa telah membuat paradigma sulit belajar Alquran membuat begitu lekat.

Mulai dari metodologi, pendekatan, cara pengajaran dan bagaimana semua orang disamaratakan antara orang yang mengajar dan yang diajar. Apalagi, paradigma itu begitu akrab di anak-anak sekolah.

Akhirnya, mereka coba merumuskan ulang dan mengembalikan kondisi sebetulnya ketika belajar membaca Alquran. Baik suasana yang enak, standar imam-imam Timur Tengah, bahkan tanpa harus lebih dulu menghafal prinsip-prinsip tajwid.

"Hukum tajwid diserahkan kepada pengajar, pengajar harus menguasai dengan baik, tapi kalau bukan pengajar Alquran yang penting mereka menikmati karena salah satu keistimewaan Alquran itu mampu memberikan rasa nikmat," ujar Abu.

Itulah yang dibidik dari metode ini. Karenanya, QRQ merumuskan kembali ilmu tajwid yang selama ini begitu menakutkan, mengganti pendekatan tartil dengan rumus-rumus yang sederhana dan mudah dicerna.

Dalam pelaksanaannya, misalnya, QRQ mengemas cara mempelajari huruf-huruf lewat lagu. Nantinya, rumus-rumus tajwid yang begitu banyak dikemas sedemikian rupa  menggunakan lagu seperti Ampar Ampar Pisang.

"Di QRQ ini sudah sampai ke tingkat cukup meluangkan waktu tiga jam bisa tartil baca Quran, jadi ilmu tajwid yang bertahun diterapkan susah cukup dalam waktu tiga jam bisa Quran dengan tartil standar imam-imam Timur Tengah," kata Abu.

Inilah terobosan yang dilakukan QRQ, yang terbilang cukup revolusioner. Hal itu dikarenakan QRQ merubah hampir semua pakem-pakem pengajaran Alquran, tapi dapat dihadirkan dengan cara-cara yang sederhana.

Selain itu, pengajaran metode ini cukup menyenangkan, mudah diingat dan cepat untuk diaplikasikan. Selama 24 tahun mengajar Alquran, Abu menemukan, secara global cuma ada tiga prinsip dalam belajar Alquran.

Pertama, membuat orang konsisten membaca harakat atau tanda baca. Dalam QRQ, harakat dalam Alquran diposisikan seperti notasi dalam lagu.

Kedua, bagaimana fasih melafalkan huruf, mengingat banyak orang yang belum bisa fasih karena mengikuti bahasa masing-masing. Terlebih, jika dibahas satu demi satu huruf 70-80 persen itu cukup mudah.

Melalui lagu, ditekankan jika pengucapan huruf hijaiyah dan huruf latin hampir sama. Penggunaan lagu bertujuan membuat orang yang belajar mudah menerima dan terbiasa mengucapkannya dalam keseharian.

Menurut Abu, kunci fasih tidak lain sering. Karenanya, jika hanya belajar menggunakan Alquran, ketika tidak hafal mudah lupa. Sedangkan, jika melalui lagu, mereka akan mudah membawanya.

"Dan ketiga, satu jam terakhir mempelajari ayat gharib, ayat asing, yang tidak bisa dibaca kecuali dipelajari secara langsung," kata Abu.

Pada kesempatan itu, metode QRQ dikenalkan kepada para guru di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Bantul, Sahari, menyambut baik pengenalan tersebut.

Ia berharap, bekal pelatihan itu dapat menambah khazanah metode pembelajaran yang dimiliki para guru. Sehingga, mendorong anak-anak menghasilkan prestasi yang sebaik-baiknya.

"Yang mampu mengamalkan sinar untuk ikut serta mewujudkan masa depan umat dan bangsa Indonesia yang berkemajuan, penuh keperkasaan, menjadi bangsa yang tidak tertutup, tapi teruji dan mulia," ujar Sahari.

Direktur CSI, Dwijoko Purbohadi mengatakan, CSI memang memiliki konsep mengawasi dan mengendalikan. Sejak 2006, konsep itu yang terus dikenalkan dan disebarluaskan kepada sekolah-sekolah.

CSI coba memasukkan konsep itu ke pembelajaran mulai tingkat SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi. Sebab, kerap kali, pengajar dengan begitu banyak muridnya tidak mengetahui pasti siapa-siapa yang tidak mengerti.

Untuk bisa mengawasi dan mengendalikan, CSI memanfaatkan teknologi sebagai sarana pembelajaran. Bagi Dwijoko, mobile learning, menjadi satu-satunya teknologi yang paling sederhana bagi guru dan murid.

Salah satu teknologi telah diterapkan melalui aplikasi pengajaran membaca Alquran yang menggunakan sistem gama feedback learning model. Menggunakan itu, guru bisa mengetahui keaktifan murid di dalam dan di luar sekolah.

"Jadi konsep mengawasi dan mengendalikan bisa diwujudkan, keaktifan siswa dalam menggunakan aplikasi itu menjadi skor yang bisa terus dipantau guru, tergantung guru apa saja skor-skor yang ingin direkam," kata Dwijoko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement