Senin 04 Feb 2019 05:58 WIB

TKN: Jokowi Ajak Berdemokrasi dengan Cara Indonesia

TKN menanggapi pernyataan Jokowi yang menilai kubu lawan menggunakan propaganda Rusia

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Bayu Hermawan
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim pemenangan kubu pasangan calon nomor urut 01 menanggapi pernyataan Joko Widodo terkait adanya propaganda ala Rusia yang tengah diluncurkan kubu lawan. Tim Kampanye Nasional (TKN) mengatakan, Jokowi sebenarnya mengajak peserta pemilu untuk memenangkan kontestasi dengan cara lokal.

"Jadi dengan demikian ini adalah persoalan bagaimana kita membangun martabat dan kepribadian kita di dalam memenangkan pemilu, sesuai dengan cara-cara Indonesia, jangan impor budaya luar," Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto di Jakarta, Ahad (3/2).

Hasto mengungkapkan, budaya luar yang dimaksud berkaitan dengan penyebaran kabar bohong dan fitnah. Sekretaris Jendral Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu mengatakan, budaya tersebut sebenarnya justru malah memperkeruh suasana politik nasional.

"Pak Jokowi mengingatkan bahwa mari kita berdemokrasi dengan cara-cara Indonesia," kata Hasto lagi.

Calon presiden (capres) Jokowi kembali menyinggung soal propaganda Rusia yang sedang dilancarkan oleh salah satu tim sukses pasangan calon pada pilpres 2019. Namun kali ini, dia menambahkan adanya konsultan asing dalam pengaplikasian propaganda tersebut.

Hasto mengatakan, ungkapan tersebut disampaikan Jokowi karena mengetahui adanya keterlibatan konsultan asing yang digunakan calon presiden Prabowo Subianto sejak kontestasi politik 2009 lalu. Hasto menegaskan, dirinya bahkan menjadi saksi terhadap hal tersebut.

Sementara, pernyataan soal konsultan asing dilontarkan Jokowi saat menemui pendukungnya di Karanganyar, Jawa Tengah pada Ahad (3/2). Dengan dipakainya konsultan asing oleh salah satu timses, Jokowi pun mempertanyakan siapa yang lebih pantas disebut 'antek asing'.

Jokowi merasa selama empat tahun menjabat presiden, sebutan antek asing seolah dilekatkan kepadanya. "Yang antek asing siapa? Jangan begitu dong. Maksudnya, Jangan nunjuk-nunjuk dia antek asing, padahal dirinya sendiri antek asing. Nggak mempan antek asing, ganti lagi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement