Ahad 03 Feb 2019 21:52 WIB

BNPT Tunggu Informasi Resmi Filipina Soal Pelaku Bom di Jolo

Serangan di Filipina membangkitkan kekhawatiran pengaruh ISIS di Asia Tenggara

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana Terorisme (BNPT), Irfan Idris
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana Terorisme (BNPT), Irfan Idris

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Direktur Deradikalisasi Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris, mengatakan pihaknya masih menunggu informasi resmi dari otoritas Filipina soal suami-istri pelaku bom di sebuah gereja di Jolo, Filipina Selatan. Menurutnya, hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari Filipina soal keterlibatan suami-istri tersebut. 

"Sampai saat ini saya belum mendapatkan informasi resminya. Sementara masih menunggu juga," ujar Irfan ketika dikonfirmasi, Ahad (3/2).

Baca Juga

Karena itu, BNPT belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut. "Tadi saya lihat di televisi Dita Besar Indonesia di Filipina pun masih menunggu," tutur Irfan.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano menyatakan, dua pelaku serangan bom bunuh diri yang terjadi di sebuah gereja Katolik di Pulau Jolo, Filipina Selatan, pada 27 Januari 2019 merupakan warga negara Indonesia (WNI). Pernyataan itu dikatakan mengutip informasi yang didapatkan dari saksi mata dan sumber-sumber yang tidak diungkapkan.

Dari kesaksian itu, Menteri Ano mengaku yakin bahwa seorang pria Indonesia dan istrinya berada di balik serangan di Pulau Jolo yang mayoritas berpenduduk Muslim. Meski begitu, ISIS telah menyatakan bertanggung jawab atas bom yang menewaskan 22 orang serta melukai lebih dari 100 orang lainnya, termasuk warga sipil dan tentara.

"Yang bertanggung jawab adalah pelaku bom bunuh diri asal Indonesia. Namun, kelompok Abu Sayyaf yang membimbing mereka dengan mempelajari sasaran, melakukan pemantauan rahasia, dan membawa pasangan ini ke gereja," kata Ano, seperti diberitakan ABS-CBN News.

Ano menambahkan, seorang pria yang dikenal sebagai "Kamah" yang sekarang menjadi tersangka dalam pengeboman itu bertindak sebagai salah satu pemandu pasangan Indonesia. Ano mengaku memiliki sumber yang memberitahunya bahwa pengeboman itu adalah "proyek" kelompok teroris lokal Abu Sayyaf.

Direktur Senior Kepolisian Provinsi Sulu Pablo Labra mengatakan, beberapa saksi mata menunjuk seorang pria dan wanita yang mereka percaya bertanggung jawab atas aksi teror tersebut.

Serangan di Filipina ini membangkitkan kekhawatiran tentang pengaruh ISIS di Asia Tenggara. Banyak yang khawatir para teroris dari Malaysia, Indonesia, dan tempat lainnya tertarik untuk datang ke Mindanao. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement