Ahad 03 Feb 2019 12:04 WIB

Pidatonya Mulai 'Keras', Jokowi: yang Penting Bukan Hoaks

Jokowi mengatakan pidato kerasnya untuk membangkitkan semangat para pendukungnya.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Bayu Hermawan
Capres nomor urut 01, Jokowi, menghadiri deklarasi dukungan oleh Koalisi Alumni Diponegoro di Kota Lama Semarang, Ahad (3/1).
Foto: Sapto Andika Candra
Capres nomor urut 01, Jokowi, menghadiri deklarasi dukungan oleh Koalisi Alumni Diponegoro di Kota Lama Semarang, Ahad (3/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi) mengakui bahwa konten pidato yang ia sampaikan akhir-akhir ini mulai 'keras'. Dalam beberapa kali kesempatan bertemu dengan pendukungnya, Jokowi tak segan menyindir balik kubu lawannya dengan isu-isu terkini.

"Masak suruh halus terus, ya kadang-kadang kita kan bosen. Bolehlah keras-keras sedikit. Yang penting menyampaikan fakta. Yang penting menyampaikan data. Yang penting bukan menyampaikan semburan dusta, bohong, hoaks," kata Jokowi di Semarang, Ahad (3/2).

Seperti diketahui, Jokowi mulai tak segan mengkritik dan menyindir balik lawan politiknya. Seperti anggapan bahwa Jan Ethes, cucunya, digunakan sebagai alat kampanye hingga mengungkit kembali kasus Ratna Sarumpaet yang mengaku melakukan kebohongan soal penyerangan.

Jokowi bahkan menyinggung pihak yang mengatakan bahwa Menkeu Sri Mulyani tak lain adalah Menteri Pencetak Utang sebagai pihak yang tak paham ekonomi makro. Dalam salah satu pidatonya, Jokowi juga menyindir soal anggapan bahwa Indonesia akan punah. Kalimat-kalimat 'serangan' yang disampaikan Jokowi memang terdengar lebih keras dibanding pidato atau pernyataan yang biasa Jokowi sampaikan.

Menurut Jokowi, konten pidato dan pernyataannya yang terdengar lebih keras bukan tanpa alasan. Ia ingin memberi semangat kepada relawan-relawannya. Di sisa waktu dua bulan sebelum Pilpres 2019 ini, Jokowi memang sedang gencar melakukan kampanye kepada pendukungnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement