Jumat 01 Feb 2019 04:16 WIB

Riset: Fraud Masih Jadi Tantangan

Kecurangan yang dilakukan berupa meningkatkan jumlah order

Rep: Dwina Agustin/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi ojek online
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ilustrasi ojek online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Transportasi daring di Indonesia alami perkembangan pesat. Saat ini, hanya ada dua perusahaan yang bersaing dalam bisnis transportasi daring yakni Go-Jek dan Grab.

Di luar persaingan keduanya yang sengit, ada satu temuan menarik dari sebuah studi yang dipublikasikan Spire Research and Consulting. Disebutkan studi tersebut, masih ada kecurangan yang dilakukan oleh pengemudi (driver).

“Temuan paling menarik dari studi kami adalah adanya kecurangan (fraud) yang cukup besar dan bagaimana pandangan para pengemudi (driver) terhadap hal tersebut,” kata Group Deputy CEO Spire Research and Consulting Jeffrey Bahar.

Berdasarkan hasil survei “Consumers' Awareness" yang dilakukan Spire Research and Consulting, memperkirakan sebanyak 30 persen dari order yang diterima Go-Jek terindikasi fraud. Angka itu cukup tinggi kalau dibandingkan dengan persentase fraud Grab yang diperkirakan hanya 5 persen.

Angka tersebut berdasarkan estimasi jumlah order fraud dibandingkan jumlah total order yang diterima. Ini merupakan masalah sistematis bagi kedua perusahaan. “Perkiraan ini masuk akal karena kami juga melakukan survei terhadap para pengemudi transportasi online,” ujar Jeffrey.

Jeffrey mengatakan pada 2018 merek melibatkan 40 pengemudi, 60 persen pengemudi Go-Jek yang mengikuti survei mengaku pernah melakukan fraud. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan jumlah order yang akan berpengaruh pada bonus dan pendapatan harian yang mereka terima.

Para pengemudi Go-Jek yang pernah melakukan fraud itu mengatakan melakukannya karena menemukan celah yang dapat ditembus dalam sistem Go-Jek. Caranya, dengan menggunakan aplikasi yang dapat memodifikasi lokasi (mod). Di sisi Iain, meski pengemudi Grab tidak terbebas dari praktik fraud, namun jumlahnya lebih sedikit, yakni kurang dari 10 persen.

Para pengemudi Grab mengatakan ketatnya sistem keamanan di aplikasi dapat mendeteksi adanya praktik nakal para pengemudi. Terlebih lagi tegasnya sanksi yang diberikan oleh manajemen mampu menjadi penghalau niat para pengemudi Grab untuk melakukan tindak kecurangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement