Kamis 31 Jan 2019 13:21 WIB

Dua Hari, Kasus DBD Kota Bandung Melonjak Signifikan

Rata-rata kasus DBD dialami oleh anak-anak usia sekolah

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Friska Yolanda
Warga dirawat karena menderita demam berdarah dengue.
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Warga dirawat karena menderita demam berdarah dengue.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bandung melonjak tajam dalam dua hari. Hingga 30 Januari tercacat oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung kasus DBD sudah mencapai 224 pasien.

Kepala Dinkes Kota Bandung Rita Verita mengatakan dalam dua hari memang ada lonjakan yang cukup signifikan. Padahal pada 28 Januari disebutkan ada 137 kasus DBD.

"Terjadi peningkatan di musim penghujan untuk peningkatan ini pada 28 (Januari) kemarin 137 lalu sekarang di 30 (Januari) sudah 224," kata Rita di Taman Sejarah Balai Kota Bandung, Kamis (31/1).

Rita menyebutkan jumlah tersebut tersebar merata di seluruh wilayah Kota Bandung. Rata-rata kasus DBD ini dialami oleh anak-anak usia sekolah, yakni 4-15 tahun.

Ia mengatakan musim penghujan memang rawan potensi berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegpty yang menyebabkan penyakit DBD. Risiko meningkat jika tidak didukung dengan pencegahan di lingkungan sekitar.

Meski meningkat signifikan, ia mengatakan jumlah ini belum menjadikan KLB dalam kasus DBD ini. Bahkan dibandingkan data tahun lalu dengan waktu yang sama ada penurunan kasus.

"Di januari lebih tinggi tahun lalu. Lebih dari 200 sekitar 300an. Makanya waspada terus di musim hujan," ujarnya.

Menurutnya, waktu yang rawan gigitan nyamuk Aedes aegpty yakni pada pagi dan sore hari. Sehingga pada waktu-waktu tersebut diimbau untuk diwaspadai.

"Menggigit puncaknya pukul 8-10 pagi dan pukul 3-5 sore," ucapnya.

Ia meminta masyarakat untuk menggalakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan rumah dan sekitarnya. Warga diimbau untuk giat menguras bak mandinya, menutup tempat penampungan air, hingga mengubur benda-benda yang berpotensi menampung air. Kegiatan ini ditambah dengan mengoleskan losion atau menaman tanaman anti nyamuk untuk memcegah gigitan.

Ia menuturkan pihaknya juga terus menyosialisasikan kewaspadaan DBD ini. Salah satunya yang utama adalah kepada lingkungan sekolah karena melihat sebagian besar yang terkena DBD adalah anak sekolah. Selain itu, setiap puskesmas juga menyiapkam abate yang bisa didapatkan masyarakat secara gratis.  Di wilayah yang ada kasus positif DBD maka bisa dilakukan fogging atau pengasapan.

"Justru masyarakat harus paham. Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa. Jentik, telur, larva tidak. Efektivitasnya juga cuma 24 jam. Makanya untuk foging difokuskan kalau sudah ada kasus positif. Paling penting adalah PSN oleh warga," tuturnya.

Ia juga mengimbau kepada warga yanv merasakam gejala-gejala DBD untuk segera memeriksakan ke fasilitas kesehatan terdekat. Tanda-tanda pasien yang terkena DBD di antaranya demam 2-5 hari, perut mual, pegal-pegal di persendian, dan sakit kepala. Bahkan beberapa di antaranya ada yang muncul bintik merah jika sudah mulai terjadi pendarahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement