Rabu 30 Jan 2019 14:36 WIB

Market Perkantoran di Surabaya Masih Menghadapi Tantangan

Masih banyaknya perusahaan yang lebih memilih ruko untuk kantor usahanya.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Rumah toko. Ilustrasi.
Foto: iklangede.com
Rumah toko. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Konsultan properti Colliers International memaparkan laporan terbaru mengenai property market untuk area Surabaya. Laporan tersebut diantaranya meliputi sektor perkantoran, apartemen, ritel, dan hotel. Berdasarkan laporan tersebut, pasar perkantoran di Surabaya masih menghadapi tantangan besar.

Senior Associate Director Research Colliers International, Ferry Salanto menjelaskan beberapa hambatan yang menghambat tumbuhnya pasar perkantoran di Kota Pahlawan. Diantaranya adalah masih banyaknya perusahaan yang lebih memilih rumah toko (Ruko) untuk kantor usahanya.

"Ruko ini masih menjadi hambatan yang menyebabkan lemahnya tingkat serapan di gedung perkantoran. Kalau Ruko ya masih mendinglah, ada juga rumah biasa yang dijadikan perkantoran. Padahal kan menurut aturan gak boleh," kata Ferry saat memaparkan laporannya di Four Points Hotel Surabaya, Rabu (30/1).

Selain itu, faktor lain yang menghambat tumbuhnya pasar perkantoran di Surabaya adalah pertumbuhan ekonomi yang cenderung masih lemah. Lemahnya pertumbuhan ekonomi ini membuat perusahaan menahan diri untuk melakukan ekspansi, termasuk ke Kota Pahlawan.

"Faktor selanjutnya yang juga menghambat tumbuhnya pasar perkantoran di Surabaya adalah, beberapa perusahaan besar yang didukung kondisi keuangan mapan, lebih memilih membangun gedung sendiri," ujar Ferry. Situasi ini kemungkinan membuat pemilik gedung cenderung memberikan potongan harga sewa, dalam tiga tahun ke depan.

Guna mengantisipasi permasalahan tersebut, kata Ferry, pemilik perkantoran diharapkan lebih aktif memasarkan properti yang dimilikinya tersebut. Terutama kepada perusahaan besar di Jakarta, yang hendak mengembangkan usahanya di luar Jakarta.

Ferry menjelaskan, rata-rata penambahan ruang kantor di Surabaya pada 2019-2021 sekitar 80 ribu meter persegi. Luas tersebut empat kali lebih besar dibandingkan tingkat serapan pada periode yang sama. Artinya, kata dia, tingkat serapan kantor diprediksi akan tergerus pada periode tersebut.

"Jika sekarang serapan kantor di Surabaya sebesar 78 persen, maka pada 2019 diprediksi turun ke angka 63 persen," kata Ferry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement