REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Achris Sarwani mengatakan kinerja perbankan NTB tumbuh melambat pada kuartal IV 2018. Achris menyebutkan, total aset perbankan umum mencapai Rp 46,9 triliun atau tumbuh sebesar 7,55 persen (yoy).
"Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 12,89 persen (yoy)," ujar Achris saat rilis bersama KPw BI NTB dengan Kanwil Perbendaharaan NTB di Mataram, NTB, Rabu (30/1).
Melambatnya pertumbuhan aset, kata Achris, disebabkan kinerja penyaluran kredit yang menurun. Achris menyebutkan, kredit perbankan NTB pada kuartal IV 2018 tumbuh 6,93 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 20,64 persen (yoy).
"Melambatnya pertumbuhan kredit sejalan dengan aktivitas perekonomian NTB yang masih belum sepenuhnya kembali ke laju normal pascabencana gempa," kata Achris.
Achris melanjutkan, melambatnya pertumbuhan kredit disebabkan kontraksi pertumbuhan di kredit investasi sebesar -0,14 persen (yoy), ditengarai karena kredit di sektor pertambangan yang menurun. Selain itu, kredit konsumsi juga melambat dari 10,11 persen (yoy) pada kuartal III 2018 menjadi 8,60 persen (yoy) pada kuartal IV 2018. Adapun kredit modal kerja tumbuh 9,72 persen (yoy).
Untuk sisi penghimpunan dana, pertumbuhan DPK perbankan umum pada kuartal IV 2018 tumbuh mencapai 14,36 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 8,82 persen (yoy). Struktur DPK perbankan NTB, kata Achris, masih didominasi oleh tabungan sebesar 60,57 persen, deposito sebesar 20,94 perse, dan giro sebesar 18,49 persen.
"Di tengah melambatnya kinerja perbankan, tingkat NPL masih terkendali sebesar 1,23 persen pada kuartal IV 2018. Tingkat NPL tersebut lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 1,45 persen," ungkap Achris.