Senin 28 Jan 2019 04:47 WIB

Siapa Superstar 2019, Jokowi atau Sandiaga?

Sandi bisa menjadi batu sandungan Jokowi meraih suara anak muda

Wartawan Republika, Erik Purnama Putra
Foto: dokpri
Wartawan Republika, Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erik Purnama Putra*

Pemilihan Presiden (pilpres) 2019, dengan terpaksa hanya diikuti dua kandidat akibat sistem presidential threshold yang ditetapkan sebesar 20 persen. Dampaknya, hanya pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin (Jokowi-Ma'ruf) dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno (Prabowo-Sandi) yang bisa mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk bisa mengikuti kompetisi memperebutkan kursi RI 1 dan RI 2. Pilpres 2014 seolah menjadi ajang revans bagi Jokowi melawan Prabowo yang sama-sama bertarung ketat di pilpres 2014.

Pasangan Jokowi-Ma'ruf diusung koalisi PDIP, Golkar, PKB, PPP, Nasdem, Hanura, Perindo, dan PSI (dua partai terakhir belum punya kursi di parlemen). Adapun Prabowo-Sandi diusung Gerindra, Demokrat, PKS, PAN, dan Berkarya (yang juga belum punya kursi di parlemen).

Setelah beberapa bulan berkampanye, harus diakui elektabilitas pejawat masih mengungguli penantang. Bahkan, beberapa lembaga survei menempatkan pasangan Jokowi-Ma'ruf unggul sampai 20 persen. Meski begitu, di berbagai kesempatan, pasangan Prabowo-Sandi terlihat optimistis dengan catatan mereka memiliki survei internal yang menyatakan jarak keduanya hanya di bawah satu digit.

Melihat berbagai kampanye di daerah yang sudah dijalani Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi, ada satu hal yang menonjol, yang perlu penulis sorot. Itu setelah dalam berbagai kunjungan turun langsung menemui masyarakat, Sandi mendapat sambutan gegap-gempita. Meski kadang ada sambutan di daerah yang sepi, misalnya saat mengunjungi Jawa Tengah, tetapi di daerah lain sambutan terhadap Sandi sangat luar biasa.

Bahkan, Sandi seolah menjadi magnet bagi masyarakat, khususnya ibu-ibu yang sangat antusias mendengarkan pidato mantan wakil gubernur DKI tersebut. Emak-emak, meminjam bahasa Sandi, sangat riuh ketika mendapati idolanya itu ada di depan mata mereka. Tidak sedikit emak-emak maupun remaja milenial perempuan, ada yang sampai berteriak histeris saat bertatap muka maupun berbincang langsung dengan Sandi.

photo
Cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno. (Foto: Instagram)

Sandi seolah ditugaskan untuk bergerilya merebut hati masyarakat dengan banyak turun langsung ke lapangan menyerap aspirasi rakyat kelas bawah. Tidak salah, setiap kunjungan ke daerah, Sandi akan mengunjungi pasar tradisional untuk mendengar keluhan langsung para pedagang kecil. Rata-rata mereka selalu menyampaikan kebutuhan harga barang pokok yang meroket.

Di sisi lain, Sandi juga tidak lupa hampir selalu mengadakan acara di sebuah kafe atau rumah makan untuk berdialog dengan kelompok milenial. Dalam diskusi dengan mereka, Sandi menyerap aspirasi langsung yang disampaikan para pemilih pemula tersebut terkait sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan.

Karena memiliki latar belakang pengusaha sukses, Sandi pun mengajak anak-anak muda itu untuk menciptakan lapangan kerja daripada sibuk mencari pekerjaan. Sandi pun mengisahkan perjuangannya dari orang yang pernah di-PHK hingga memulai bisnis dengan tiga karyawan, dan kini mencapai 30 ribu karyawan, yang semuanya dilepas sejak ia terjun ke dunia politik pada 2015.

Dari berbagai diskusi dan turun ke lapangan tersebut, Sandi seolah menjadi bintang baru di perhelatan pilpres 2019. Tidak seperti Prabowo yang hanya mendatangi tempat-tempat dan acara strategis, dan bahkan lebih sering menghadiri acara internal, Sandi memilih banyak tampil untuk memperkenalkan diri sekaligus untuk menghadirkan sebuah solusi atas masalah yang dihadapi masyarakat luas saat ini.

Kalau Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kerap kali menekankan capres adalah superstar di pilpres 2019, maka penulis kurang sependapat. Menurut penulis, superstar pilpres 2019 adalah Sandi yang kehadirannya seolah antitesis daripada Jokowi. Jangan bandingkan Sandi dengan Kiai Ma'ruf yang jelas sangat berbeda jauh dalam memberikan sumbangsih suara bagi pasangannya.

photo
Presiden RI Joko Widodo mengendarai sepeda motor jenis Chopper.

Sandi seolah menyerap semua karisma yang ada dalam diri Jokowi. Setiap strategi yang dilakukan Jokowi seolah sirna dengan hadirnya Sandi. Berbagai kegiatan yang diadakan Jokowi seolah terserap dengan tingkah polah Sandi.

Bayangkan saja, bertahun-tahun Jokowi ingin memperkenalkan diri sebagai sosok milenal, misalnya naik motor Chopper, bermain basket, menjadi stuntman pengendara sepeda sport di video pembukaan Asian Games 2018, hingga kerap mendatangi berbagai konser maupun acara anak muda lainnya. Namun, semua itu seolah tiada artinya dengan adanya Sandi.

Cukup dengan rutin berlari, bermain basket, membawa botor minuman berwarna hijau, bernyanyi dan main gitar, serta menjadi pemateri acara generasi muda, membuat Sandi terlihat bisa lebih natural dalam mendekati kelompok milenial. Dengan tampilan apa adanya dan wawasan yang luas, Sandi tidak perlu memaksakan diri untuk bisa menjadi bagian dari anak-anak muda.

Tidak mengherankan, kehadiran Sandi sebenarnya menjadi ancaman nyata bagi Jokowi. Bukan Prabowo, tapi Sandi yang menjadi lawan sebenarnya bagi Jokowi yang seolah 'mati kutu' setiap ingin tampil guna merebut suara anak muda. Karena kalau pertarungannya masih Jokowi-Prabowo, jelas semua orang sudah tahu siapa yang unggul. Namun, dengan tersendatnya elektabilitas Jokowi ditambah kehadiran Kiai Ma'ruf yang tidak menambah suara dari berbagai sigi yang dilakukan lembaga survei, maka kehadiran Sandi jelas menjadi keuntungan terbesar bagi Prabowo.

Kala 2014, Hatta Rajasa tidak memberikan suara signifikan bagi Prabowo. Berbeda dengan Jusuf Kalla (JK) yang menyumbang suara signifikan, khususnya dari Indonesia bagian timur untuk kemenangan Jokowi. Tetapi, sepertinya pada 2019, Sandi akan mampu merebut suara dari berbagai kalangan. Bahkan, kalau pun dibuat semacam simulasi, Sandi pun bisa mengalahkan Prabowo dalam situasi seperti sekarang.

Di sinilah menariknya pertarungan pilpres 2019 yang menjadi lebih ketat dibandingkan Pilpres 2014. Meski Jokowi memiliki kekuasaan dan kelengkapan aparatur birokrasi pemerintahan, namun perlawanan dari kubu oposisi dan kehadiran Sandi bakal menjadi batu sandungan bagi mantan gubernur DKI tersebut untuk berkuasa dua periode.

Menarik untuk mencermati apa yang akan dilakukan kedua pasangan di sisi waktu hampir 90 hari menjelang pemilihan pada 17 April 2019, agar bisa terpilih menjadi presiden dan wakil presiden RI periode 2019-2024. Namun yang jelas, penulis meyakini, kehadiran Sandi yang awalnya dipandang sebelah mata dan figur underdog akan membawa dampak besar bagi peta pertarungan pilpres 2019.

Bisa saja prediksi ini meleset, namun Sandi sepertinya bisa mengubah peta pertarungan pada detik-detik terakhir...

*) Penulis adalah wartawan Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement