Ahad 27 Jan 2019 19:50 WIB

SDA DKI Minta Pembangunan Infrastruktur Perhatikan Drainase

Kadis SDA menilai pembangunan infrastruktur kurang memperhatikan drainase.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Bayu Hermawan
Warga melintasi genangan air di kawasan Pancoran, Jakarta (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga melintasi genangan air di kawasan Pancoran, Jakarta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Teguh Hendarwan meminta kepada para pihak yang terkait dengan pembangunan infrastruktur di DKI Jakarta untuk memperhatikan drainase yang telah ada. Sebab, menurutnya, banyak genangan sering terjadi saat ini di beberapa ruas yang terdapat pembangunan infrastruktur.

"Tapi meminta kepada setiap pelaksana untuk kembalikan saluran fungsi drainase yang kalian tutup itu," kata Teguh kepada Republika.co.id, Ahad (27/1).

Pihaknya saat ini tengah memetakan titik-titik potensi genangan yang ada di DKI Jakarta, yang terutama terimbas dari pembangunan infrastruktur transportasi. Menurut pemetaan sementara, titik-titik itu antara lain di Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan; wilayah Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan; wilayah Cawang, Jakarta Timur; sekitaran Badan Narkotika Nasional (BNN) di Jakarta Timur; dan juga di wilayah Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu).

Lalu, dia juga menyebutkan, titik genangan air juga ada di sekitaran jalan tol menuju ke Kelapa Gading, dan juga Jalan Raya Bekasi seperti di wilayah Kalimalang, Jakarta Timur. Dia meminta kepada para pihak pembangun agar tetap memperhatikan saluran drainase yang ada di titik pembangunan.  "Kalau kejadian berulang itu kan artinya mereka kurang tanggap terhadap drainase ini. Apalagi sekarang kan masih dalam posisi siaga satu musim penghujan," ujarnya.

Teguh mengatakan, genangan-genangan air itu merupakan dampak dari pembangunan infrastruktur transportasi seperti kereta Lintas Rel Terpadu (LRT) dan juga kereta Moda Raya Terpadu (MRT) dan pembangunan tol Becakayu. Secara spesifik, dia menyebut para pihak pembangun kerap melakukan pengecoran dan membangun dengan alat-alat berat.

Hal itu, kata dia, jalan-jalan dan juga drainase kemudian menjadi tertutup. Trase saluran penghubung (PHB) yang tadinya sedalam lima meter, maka menjadi dua meter karena tertimbun lumpur.  "Artinya ketika hujan tinggi, debit air tinggi, belum lagi sampah,belum lagi lumpur, belum lagi sisa coran mereka, itu yang menghalangi jalan air kita sehingga menjadi ‘ngembeng’. Jadi kena," jelasnya.

Teguh menyebut hal itu bukan berarti para pemangku kepentingan tak bertanggung jawab atas pekerjaan mereka. Namun, dia memperingatkan, genangan-genangan itu kerap terjadi berulang-ulang, sehingga, diabaikan.  "Terjadinya genangan berulang dikarenakan pembangunan ruas jalan tol, pembangunan LRT, MRT, termasuk juga tol Becakayu di wilayah Kalimalang, yang semuanya itu dalam pembangunannya tidak terlalu memperhatikan drainasenya," jelas Teguh.

Menurut pemantauannya di lapangan, genangan-genangan itu kerap terjadi meninggi sampai dengan 30 hingga 40 sentimeter ketika terjadi hujan secara intens. Meskipun demikian, dia megaku tetap bisa menangani genangan-genangan tersebut sehingga genangan hanya terjadi satu jam hingga dua jam.

"Karena satgas kami semua standby di lokasi2 rawan genangan tadi. Kalau lebih dari dua jam laporan pasti viral dimana-mana. Penanganan banjir di DKI  pastinya tiap tahun berkurang dan lebih baik penanganannya," katanya.

Dia sendiri juga telah menyiagakan para personelnya untuk berjaga selama 24 jam untuk mengantisipasi genangan dan banjir. Selain adanya para personelnya, pihaknya juga menyiagakan pompa mobile di titik-titik yang memang kerap rawan banjir dan genangan.

Pihaknya pun telah membuat laporan untuk menindaklanjuti adanya genangan-genangan yang ditimbulkan dari pembangunan infrastruktur transportasi. "Makanya saya sudah sudah bikin laporan nanti saya kasih ke Pak Gubernur termasuk kita kirim ke pelaksana-pelaksana kegiatan pembangunan itu," ujarnya.

Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar meminta kepada Pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk segera menyampaikan titik-titik mana saja yang kerap terjadi genangan akibat infrastruktur. Sehingga, para pihak pembangun infrastruktur bisa segera menangani permasalahannya.  Lebih baik tunjukkan infrastruktur yang mana yang kurang perhatikan drainase. Supaya tidak usah debat. Langsung ditangani saja," jelas William kepada Republika.co.id, Ahad (27/1).

William menjelaskan, dalam membangun infrastruktur untuk kereta MRT selalu memperhatikan drainase. Hal itu menjadi prioritasnya, mengingat MRT dibangun di bawah tanah. "Jadi faktor drainase mutlak diperhatikan. Jika tidak maka dampak terberatnya akan dialami MRT," ujarnya.

Oleh sebab itu, pihaknya pun dalam membangun infrastruktur, harus memastikan seluruh kawasan yang akan dibangun MRT memiliki sistem drainase yang baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement