REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jawa Tengah, menargetkan bisa menjadi tiga besar perguruan tinggi swasta (PTS) terbaik versi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti). Berdasarkan data yang dirilis Kemenristek Dikti awal Januari 2019, UMS menempati peringkat ke-7 dari 14 universitas swasta terbaik.
Rektor UMS, Sofyan Anif, mengakui berdasarkan versi standar Kemenristek Dikti, UMS memang menempati peringkat ke-7. Prestasi tersebut diklaim naik dibandingkat tahun sebelumnya di mana UMS berada di peringkat ke-8. Namun, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang biasanya berada di bawah peringkat UMS, kini justru berada tepat di atas UMS.
"Saya menduga faktornya karena Indeks SINTA (Science and Technology Index). Saat saya menerima penghargaan dari Dirjen Dikti, indeks SINTA kami UMS peringkat ke-5, UMM malah tidak dapat. Mungkin UMM memperbanyak jurnal ilmiah," katanya, kepada wartawan.
Beberapa waktu lalu, Sofyan menyatakan, mendapatkan gagasan dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMS Harun Joko Prayitno, perihal laporan mahasiswa dalam bentuk skripsi tidak menjadi hal utama. Justru yang penting jurnal dari penelitian para mahasiswa.
"Nanti yang menjadi tolok ukur jurnalnya. Nanti kalau bisa tembus ISSN (International Standard Serial Number) nanti dibebaskan ujian skripsi. Mereka tetap membuat laporan tapi hanya persyaratan untuk penelitian. Dari laporan penelitian dibuat jurnal," ujar dia.
Selanjutnya, jika jurnal mahasiswa tersebut masuk ke jurnal ISSSN yang terakreditasi nasional, maka akan dibebaskan dari ujian skripsi. Di samping itu, Sofyan juga akan memberikan penghargaan berupa uang sejumlah tertentu kepada mahasiswa tersebut.
Dijelaskan, jurnal yang masuk ISSN akan membuat indeks SINTA perguruan tinggi naik. Jika dalam satu tahun terdapat 1.500 mahasiswa UMS yang diwisuda, maka targetnya akan ada penambahaan 1.500 jurnal di ISSN. "Target kami bisa direalisasikan tahun ini," katanya.
Kebijakan lainnya, UMS juga mendorong peningkatan jurnal dari para dosen untuk terindeks Scoopus. Saat ini, baru sekitar 300 jurnal dari dosen UMS yang terindeks Scoopus. UMS menargetkan bisa mencapai 500 jurnal.
Bahkan, untuk mendukung hal tersebut, UMS menganggarkan dana sekitar Rp 6 miliar sampai Rp 7 miliar. "Dengan berbagai upaya ini, kami targetnya tahun depan bisa masuk peringkat tiga besar," ungkapnya.
Ia memperkirakan, Universitas Telkom yang saat ini menduduki peringkat ketiga, tahun depan bisa melaju ke peringkat pertama. Sebab, saat penerimaan penghargaan dari Dirjen Dikti tahun lalu, Universitas Telkom meraih peringkat pertama untuk indeks SINTA.