Ahad 27 Jan 2019 17:21 WIB

Prevelensi Stunting di Jabar Meningkat

Prevalensi stunting di Garut tertinggi se-Jawa Barat.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Sejumlah warga mengikuti Kampanye Nasional Cegah Stunting di kawasan Monas, Jakarta, Minggu (16/9). Kegiatan tersebut digelar dengan mengangkat tema
Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Sejumlah warga mengikuti Kampanye Nasional Cegah Stunting di kawasan Monas, Jakarta, Minggu (16/9). Kegiatan tersebut digelar dengan mengangkat tema "Cegah Stunting untuk Generasi Cerdas Indonesia".

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Angka stunting di Jabar pada 2018 mengalami peningkatan. Menurut Plt Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Dodo Suhendar, prevelensi stunting di Jawa Barat sudah menembus angka 29,2 persen pada 2018. Sedangkan pada 2017 masih 25,1 persen.

"Di kita ada 13 kabupaten yang di atas 30 persen, yang paling tinggi adalah Garut di atas 40 persen. Jadi kita prioritaskan," ujar Dodo di acara Penyadaran tentang Pentingnya Masalah Asupan Gizi terhadap Kesehatan, di Car Free Day (CFD) Kota Bandung, Ahad (27/1)

Dodo mengatakan, permasalahan gizi, dewasa ini bukan lagi mengenai gizi buruk dan kurang gizi. Namun, kurang gizi dan gizi berlebih alias obesitas pun masuk dalam konsentrasi Dinkes Jabar.

"Nah ini yang paling mendasar adalah asupan gizi para ibu hamil, bayi, anak anak pada seribu hari kehidupan pertama. Asupan gizinya tergantung pada pengetahuan ibu, kemampuan ekonomi, dan juga pencegahan penyakitnya," kata dia.

Aspek kedua, kata Dodo, mengenai Penyakit Tidak Menular seperti jantung, struk, kanker, gagal ginjal dan diabetes yang memang menyerap dana cukup besar untuk pengobatan, bahkan membuat tekor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) . Karena itu, pihaknya mengajak masyarakt untuk melakukan perubahan dalan pola makan, aktivitas fisik dan mengecek kesehatan secara dini.

"Seperti tidak merokok, mengelola stres, itu diharapkan akan mengurangi penyakit penyakit PTM yang tadi membutuhkan dana besar," katanya.

Hal ini pun, kata Dodo, sebagai penyiapan sumber daya generasi muda yang akan datang. Namun, permasalahan kesehatan ini tak melulu tugas dari dinas kesehatan. Dodo menilai, walaupun generasi muda banyak tapi tidak berkualitas maka akan kurang berarti.

"Tapi kalau kualitasnya bagus maka misalnya stunting ini juga merupakan kualitas sumber daya manusia, bukan hanya masalah kesehatan tapi juga tanggung jawab bersama," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, di Hari Gizi Nasional ini pihaknya ingin mengajak masyarakat memandang masalah gizi itu adalah bagian dari hidup agar tetap menjadi sehat dan produktif. Jadi.  Jangan sampai salah langkah, mengabaikan soal gizi akhirnya kita berdampak pada penyakit tadi.

Dodo menilai, mengatur pola kesehatan adalah investasi terbesar bagi manusia. Mencegah penyakit, merupakan upaya paling jitu dibandingkan mengobati penyakit.

Menurut Dodo, ada dua aspek yang sampaikan kepada masyarakat pada kegiatan ini. Yang pertama dalam rangka mencegah stunting. Yakni, bagaimana masyarakat memahami, stunting ini bukan hanya masalah kesehatan, bukan masalah pendek dan tinggi badannya.

"Kemudian juga nanti ada risiko tinggi untuk penyakit-penyakit metobolik," kata Dodo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement