Jumat 25 Jan 2019 11:20 WIB

Jurang Krisis Venezuela Kian Dalam

Campur tangan negara-negara besar semakin memperumit krisis Venezuela.

Eksodus rakyat Venezuela
Foto: Republika
Eksodus rakyat Venezuela

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Lintar Satria, Fergie Nadira, Kamran Dikarma

BRUSSELS -- Kepala Dewan Eropa Donald Tusk menyurakan dukungan untuk ketua majelis nasional sekaligus pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido. Menurut dia, Juan Guaido memiliki mandat demokratis dari rakyat negara tersebut. Sedangkan Rusia, Cina, Turki, dan sejumlah negara lain tetap mendukung Presiden Nicolas Maduro.

"Saya berharap seluruh Eropa akan bersatu mendukung kekuatan demokrasi di Venezuela," kata Tusk melalui akun Twitter pribadinya, Kamis (24/1).

"Tidak seperti (Presiden Venezuela Nicholas) Maduro, majelis parlemen, termasuk Juan Guaido, memiliki mandat demokratis dari warga negara Venezuela," kata Tusk menambahkan.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini menyampaikan hal hampir serupa. "Hak-hak sipil, kebebasan, dan keselamatan semua anggota majelis nasional, termasuk presiden yang memproklamasikan dirinya sendiri, Juan Guaido, perlu diperhatikan dan dihormati sepenuhnya," ujar Mogherini seperti disampaikan akun Twitter resmi Dewan Uni Eropa.

Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara Venezuela pada Rabu (23/1) di sebuah rapat umum yang menarik ratusan ribu rakyat Venezuela turun ke jalan. Dia menuduh Maduro merebut kekuasaan dan berjanji untuk menciptakan pemerintahan transisi.

Amerika Serikat (AS) dan Kanada juga mengakui Guaido sebagai penguasa sah Venezuela. Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa semua opsi ada padanya dan pemerintahan AS mengisyaratkan potensi sanksi baru terhadap sektor minyak vital Venezuela.

Sebagian besar negara-negara Amerika Latin mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai presiden sementara. Argentina, Brasil, Cile, Kolombia, Kosta Rika, Ekuador, Guatemala, Honduras, Panama, Paraguay, dan Peru mendukung Guaido.

Meski demikian, Meksiko dengan presidennya Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan, Meksiko tidak akan memihak kepada Guaido. sebab itu adalah pelanggaran kedaulatan. Lopez Obrador mengatakan, masih akan mengakui Maduro sebagai presiden sah Venezuela dan menyerukan dialog.

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengatakan bahwa Eropa mendukung rakyat Venezuela merebut kembali demokrasi di negara mereka. "Setelah pemilihan yang tidak sah Nicolas Maduro pada Mei 2018 lalu, Eropa mendukung demokrasi dibangun kembali, saya memuji keberanian ratusan ribu rakyat Venezuela yang melakukan unjuk rasa untuk kebebasan mereka," kata Macron di akun Twitter-nya.

Rusia peringatkan AS

Rusia memperingatkan AS untuk tidak mencampuri urusan internal Venezuela. Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan, negaranya tetap dalam prinsip tidak mencampuri urusan internal negera lain.

"Kami memperingatkan ini, kami yakin (mencampuri urusan negara lain) akan menjadi skenario yang menyebabkan bencana yang akan mengguncang fondasi model pembangunan yang kami lihat di wilayah Amerika Latin," kata Ryabkov kepada majalah International Affairs, dilansir Sputnik, Kamis (24/1).

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberi dukungan kepada Maduro. Sebagai bentuk dukungan dan solidaritas, Kalin pun membagikan tagar #WeAreMaduro.

"Saudara Maduro, berdirilah tegap, Turki mendukung Anda, Erdogan memberitahu Presiden Nicholas Maduro melalui telepon," kata juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, melalui akun Twitter pribadinya, Kamis (24/1).

Gerakan protes antipemerintah mengguncang Venezuela sejak awal pekan ini. Sementara itu, pendukung Presiden Venezuela Nicolas Maduro juga melakukan pawai dan unjuk rasa.

PARA PENDUKUNG

Nicolas Maduro

- Petinggi militer Venezuela

- Mahkamah Agung Venezuela

- Perusahaan minyak milik negara, PDVSA

- Pendukung setia Hugo Chaves yang disebut Chavitas

- Rusia, Turki, Cina, Kuba, Bolivia, dan Meksiko

Juan Guaido

- Dukungan dari rakyat meluas

- Amerika Serikat

- Argentina, Brasil, Cile, Kolombia, Kosta Rika, Ekuador, Guatemala, Honduras, Panama, Paraguay, dan Peru

- Uni Eropa mendesak pemilu ulang, tapi menolak mengakui Guaido secara terbuka

- Prancis menyebut pemilu Venezuela ilegal

- Inggris menyebut pemilu Venezuela tidak adil dan bebas, serta menyatakan mendukung Guaido sebagai ketu majelis nasional

- Jerman menyebut parlemen Venezuela berperan khusus untuk menciptakan masa depan negara yang bebas

- Prajurit berpangkat rendah menunjukkan sikap tidak suka kepada pemerintah.

(reuters ed: yeyen rostiyani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement