Jumat 25 Jan 2019 10:30 WIB

Sampah Gabus Bercampur dengan Eceng Gondok di Cibalok

Pengangkutan eceng gondok biasa dilakukan selama lima bulan sekali.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Muhammad Hafil
Seorang warga berdiri di bantaran sungai yang aliran airnya dipenuhi tumpukan sampah (Ilustrasi)
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Seorang warga berdiri di bantaran sungai yang aliran airnya dipenuhi tumpukan sampah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Belum tuntas persoalan sampah di Kali Pisang Batu, Kabupaten Bekasi, timbul kembali penumpukan sampah liar di Kali Cibalok. Kali tersebut masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bekasi. Tepatnya berada di Desa Karangraharja, Kecamatan Cikarang Utara.

Berbeda dengan pemandangan di Kali Pisang Batu, sampah Kali Cibalok didominasi oleh gabus-gabus bungkus makanan atau yang sering disebut styrofoam. Gabus-gabus itu bercampur dengan lumpur dan eceng gondok yang menjalar di seluruh badan kali.

Lagi-lagi, serupa Kali Pisang Batu, pasca viral di media sosial, tindakan pembersihan baru dilakukan oleh aparat setempat. Warga Desa Karangraharja, Nurwandi (51 tahun), menuturkan, penumpukan sampah di Kali Cibalok sudah biasa terjadi.

“Biasalah begini kalau ada hujan besar, sampah dan eceng gondok terbawa sampai numpuk,” kata Nurwandi sembari menyaksikan escavator mengangkut campuran sampah.

Kamis (24/1) merupakan hari kedua pengangkutan sampah dengan alat berat. Menurut Nurwandi, sebelum sampah diangkut, timbunan sampah mengular hingga hampir satu kilometer. Namun, kini tinggal separuhnya berkat alat berat yang dipacu sejak pagi hingga sore hari.

Nurwandi merasa beruntung karena letak Kali Cibalok tak bersinggungan langsung dengan rumah-rumah warga. Sebab, akibat timbunan sampah berminggu-minggu itu, banyak nyamuk di sekitar kali yang bisa menjadi sarang penyakit.

Warga lainnya, Taufiq (37 tahun) mengatakan hal senada. Kali Cibalok yang diapit oleh dua perumahan, Puri Nirawan dan Grand Cikarang City, membuat kemungkinan perilaku warga buang sampah ke kali sangat kecil. Sebab, masing-masing rumah di kedua perumahan itu telah terjangkau oleh truk-truk sampah dinas.

Menurut Taufiq, sebetulnya sampah yang mengalir di Kali Cibalok tidak dalam volume yang besar. Hanya saja, tanaman eceng gondok yang terus tumbuh di permukaan air menjadi penyumbat sampah-sampah yang datang dari hulu. Wajar, dibawah batang-batang eceng gondok, berkumpul gabus-gabus yang mengotori kali.

“Kenapa gabus, saya tidak mengerti. Setahu saya di daerah sini tidak ada pabrik gabus,” ujarnya.

Sementara itu, salah satu sopir truk Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Angga (30), mengatakan, ia mulai ditugaskan oleh Bidang Kebersihan DLH pada Rabu (23/1). Ada empat armada truk yang dikerahkan dan satu escavator untuk mengangkut sampah.

Petugas, kata Angga, mulai bekerja sejak pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB. Sampah gabus dan eceng gondok itu akan dibawa menuju Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Burangkeng milik Pemkab Bekasi. Dari berbagai kasus yang sudah-sudah, Angga mengatakan warga bantaran kali biasa menjadi kontributor utama.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Desa Karangraharja, Suhendra mengklaim, pihak pengembang perumahan setempat selama ini sudah cukup kooperatif dalam memperhatikan Kali Cibalok. Ia mengatakan, pengangkutan eceng gondok biasa dilakukan selama lima bulan sekali.

“Tapi, baru kali ini sampah begitu banyak apalagi sampah styrofoam. Kita tahu banget kok apa saja yang dilalui kali ini,” ujar dia.

Kali Cibalok sejatinya mengalir dari kawasan Jababeka menuju Desa Pasir Gombong, Tanjung Sari, Karangraharja, hingga Desa Sukaraya. Ujung dari Kali Cibalok, kata dia, bermuara hingga ke Muara Gembong. Kebetulan, kata dia, Desa Karangraharja sedan menjadi titik penumpukan sampah. Ia pun tak ingin menuduh daerah-daerah hulu kali yang bisa menjadi sumber sampah.

Saat ini, yang terpenting Kali Cibalok dapat bersih kembali. Saat hari pertama pembersihan, lanjutnya, sedikitnya sampah telah diangkut truk sebanyak 30 kali. 

Kepala Bidang Kebersihan DLH Kabupaten Bekasi, Dodi Agus Suprianto mengatakan, pengangkutan ditargetkan selesai dalam waktu tiga hari. Berdasarkan tinjauan lapangan, sebanyak 70 persen yang diangkut adalah eceng gondok, sedangkan 30 persen lainnya merupakan sampah gabus.

Melihat karakteristik sampah, Dodi meyakini itu bukan berasal dari masyarakat umum. Namun, ada kemungkinan bersumber dari industri catering atau jasa boga. “Saya akan koordinasikan dengan camat, lurah, dan semua pihak untuk mengawasi industri-industri jasa boga,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement