Jumat 25 Jan 2019 09:10 WIB

Kurangnya Tangkapan Air Salah Satu Penyebab Banjir Sulsel

Banjir menerjang enam kabupaten/kota di Sulsel.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Hafil
Warga berusaha menyebrangi jalan yang tergenang banjir di Kecamatan Manggala, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (23/1/2019).
Foto: Antara/Abriawan Abhe
Warga berusaha menyebrangi jalan yang tergenang banjir di Kecamatan Manggala, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (23/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) menganalisis banjir yang terjadi di Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (21/1) kemarin. Selain karena curah hujan ekstrem yang mengakibatkan luapan air sungai, juga disebabkan kurangnya daerah tangkapan air di daerah Hulu daerah aliran sungai (DAS).

Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian LHK Djati Witjaksono Hadi mengatakan, banjir yang terjadi di Sulsel menerjang enam kabupaten di Sulsel yaitu Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Maros, Takep, Takalar, dan Jeneponto terjadi karena beberapa hal.

"Yaitu karena curah hujan ekstrem yang mengakibatkan luapan air sungai dan kurangnya daerah tangkapan air di daerah Hulu DAS," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (24/1).

Dia menjelaskan, curah hujan rata,-rata 102,23 mm/jam dan maksimum mencapai 197 mm/jam. Karena itu, dia melanjutkan, terjadi luapan air sungai sangat tinggi yang tercatat tertinggi di Waduk Bili-Bili DAS Jenerberang yang ketinggiannya mencapai 99,89 m dari pintu pelimpah.

Kemudian terjadi alih fungsi lahan dari kawasan hutan menjadi permukiman, pertambangan, pertanian lahan kering campur dan sawah dengan luasan yang cukup besar. Kondisi tersebut diperparah dengan hilir DAS yang semakin sempit serta kemungkinan adanya penumpukan sampah di muara sungai. Ke depannya, dia menambahkan, pemerintah memiliki program akan memulihkan 15 DAS termasuk prioritas DAS Jeneberang.

"DAS itu perlu dipulihkan juga," ujarnya.

Selain itu, ia menambahkan perlunya akan ada perbaikan indikasi program di tingkat RT/RW provinsi dan kabupaten. 

Banjir, longsor, hingga angin puting beliung menerpa hampir seluruh wilayah di Sulsel. Pencarian korban terus dilakukan hingga Kamis (24/1). Tim gabungan menemukan 30 orang meninggal dunia dan sejumlah orang lagi masih hilang.

“Pencarian di hari kedua ini ditemukan sebanyak 30 orang meninggal dunia dan 25 orang masih hilang,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id pada Kamis (24/1).

Sutopo memaparkan, berdasarkan pendataan dampak bencana yang dilakukan oleh Pusdalops BPBD Sulsel, tercatat 47 orang luka-luka, 5.825 orang terdampak, dan 3.321 orang mengungsi. Kemudian, 76 unit rumah rusak dan hanyut, 2.694 unit rumah terendam, 11.433 hektare sawah terendam banjir, sembilan jembatan rusak, dua pasar rusak, enam unit fasilitas peribadatan rusak, dan 13 unit sekolah rusak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement