Kamis 24 Jan 2019 17:07 WIB

Dua Desa di Karanganyar Jadi Percontohan Pengolahan Sampah

Dua desa itu yakni Desa Jaten Kecamatan Jaten dan Desa Ngringo Kecamatan Jaten.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Esthi Maharani
Tempat pengolahan sampah  terpadu di RW XVII Desa Jaten Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Pengolahan sampah tersebut menjadi percontohan di Kabupaten Karanganyar. Peresmian dilakukan oleh Bupati Karanganyar Juliyatmono, Kamis (24/1).
Foto: Republika/Binti Sholikah
Tempat pengolahan sampah terpadu di RW XVII Desa Jaten Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Pengolahan sampah tersebut menjadi percontohan di Kabupaten Karanganyar. Peresmian dilakukan oleh Bupati Karanganyar Juliyatmono, Kamis (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGANYAR - Dua desa menjadi percontohan pengolahan sampah terpadu di Kabupaten Karanganyar. Teknologi tepat guna pengolahan sampah terpadu tersebut diinisiasi oleh tiga perguruan tinggi yakni, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Politeknik Negeri Semarang (Polines), dan Amikom Yogyakarta.

Dua wilayah yang menjadi sasaran percontohan teknologi tepat guna tersebut yakni di RW XVII Desa Jaten Kecamatan Jaten, serta di Desa Ngringo Kecamatan Jaten. Peresmian dilakukan di wilayah masing-masing oleh Bupati Karanganyar Juliyatmono, Kamis (24/1).

Di Desa Jaten, pengolahan sampah terpadu tersebut dibuat dalam satu kawasan bernama Taman Edukasi dan Pengolahan Sampah Mitra Amanah Jaten. Di dalam lahan seluas 250 meter persegi tersebut terdapat pengolahan sampah organik, kolam ikan, kebun sayuran, dan ruang baca berupa gazebo dan sejumlah permainan untuk anak-anak. Pengelolaan dilakukan oleh KSM Mitra Amanah. Hasil pengolahan sampah organik tersebut berupa biogas dan pupuk cair untuk tanaman.

photo
Tempat pengolahan sampah terpadu di RW XVII Desa Jaten Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Pengolahan sampah tersebut menjadi percontohan di Kabupaten Karanganyar. Peresmian dilakukan oleh Bupati Karanganyar Juliyatmono, Kamis (24/1).

Ketua Program Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Kun Harismah, mengatakan, latar belakang program pengembangan teknologi tepat guna dalam upaya menerapkan pengelolaan sampah mandiri tersebut karena banyaknya sampah yang berserakan di sekitar RW XVII Desa Jaten. Kemudian, dia bersama tim mengajukan proposal ke Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi. Saat meninjau lokasi, ditemui adanya tanah terbengkelai, tidak karuan bentuknya dan tidak ada pemanfaatannya.

"Bersama warga RW XVII kami sampaikan program pengolahan sampah kemudian mendapat dana dari Kementerian Ristek Dikti," terangnya di acara tersebut.

Warga juga melakukan pemberdayaan bekerja sama untuk mewujudkan program digester berkapasitas 12 meter kubik dan menyalurkan biogas kepada masyarakat untuk percontohan lima lokasi.

"Digester sudah dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas. Sayuran sudah dipanen. Hasil program pengolahan sampah dan tanaman bacaan bisa dimanfaatkan warga RW XVII," jelasnya.

Bupati Karanganyar, Juliyatmono, mengatakan pengelolaan sampah terpadu tersebut merupakan contoh yang baik yang diinisiasi oleh perguruan tinggi. Dia berharap, limbah cair hasil pengolahan sampah bisa dimanfaatkan warga untuk bertanam hidroponik di rumah masing-masing.

"Oleh karena itu ini kamu jadikan percontohan. Nanti dusun-dusun diundang kesini, dusun mana yang siap kerjasama dengan UMS, Politeknik dan Amikom, nanti dibiayai dari pemerintah," ungkap Bupati.

Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Mitra Amanah, Suratno, menyatakan pengelolaan sampah terpadu tersebut tidak berorientasi terhadap profit. Namun, dalam pengembangannya ke depan tetap membutuhkan biaya. Sementara ini, pengelolaan dilakukan dengan swadaya masyarakat.

"Dalam perjalanan waktu kami perbaiki. Rencana di timur masih ada lahan, kami punya keinginan membuat wisata anak-anak. Ada digester pengolahan gas, kolam lele dan nila, ada kelinci, ayam, angsa dan tanaman obat," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement