Kamis 24 Jan 2019 05:03 WIB

Journey to Uighur: Teringat Orang yang di Persimpangan Jalan

Semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan yang berlimpah

Pemandangan kota tua Uighur.
Foto: Uttiek M Panji Astuti
Pemandangan kota tua Uighur.

Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Traveler dan Penulis Buku

Dalam setiap perjalanan saya selalu dipertemukan Allah dengan orang-orang yang memperkaya batin. Demikian halnya dengan perjalanan ke Uighur-Xinjiang kali ini.

Yang pertama adalah Mb Manal Manal Alhaddad yang saya temui di Dubai. Suaminya, Mas Abdul dalah teman satu kantor Lambang sewaktu masih di Jakarta, sebelum bekerja sebagai ekspatriat di Dubai.

Dokter gigi cantik yang hidungnya mirip Dewi Sandra ini yang meminjamkan kerudung yang saya gunakan dalam penerbangan Dubai-Urumqi.

Di saat kritis, ia datang membantu, “Ini warnanya masuk Mb, ada hijau-birunya,” katanya ramah sambil menyodorkan satu lembar kerudung untuk saya kenakan.

Lalu, Mr. Chang, local guide yang menemani selama di kota Urumqi dan Turpan. Saya menghargai kerja kerasnya untuk membuat saya dan Lambang tidak terkena banyak "masalah" selama di sana.

Seandainya situasi yang dihadapi tidak seperti sekarang, mungkin kita bisa lebih bersahabat.

Saat chargher handphone saya tertinggal di hotel di Turpan, ia berusaha mencarikan pengganti. Padahal handphone yang saya gunakan bukan jenis yang populer di China.

Mr. Kashimir, local guide di kota Kashgar. Pria Uighur yang selalu gelisah dan terperangkap dalam ketakutan yang diciptakan di negerinya.

Saya hanya bisa berdoa, semoga suatu hari nanti ia bisa "bernapas lega". Mengajak orang asing yang dipandunya gembira dan menikmati indah kota kelahirannya.

Akima. Satu nama yang setelah tulisan Journey to Uighur: Akima, Apakah Engkau Merindukan Suara Adzan?", saya unggah membuat gelisah.

Banyaknya doa baik yang dikirimkan padanya, saya aminkan sepenuh hati. Namun, di sisi lain saya juga khawatir, bagaimana nasibnya kini?

Ia tinggal di satu desa sepi yang sudah ditinggal penghuninya. Bukan hal sulit kalau mau membuatnya "kesulitan". Semoga Allah selalu menjaganya.

Orang-orang yang tak bersuara yang saya temui di sepanjang jalan. Perempuan penjual buah di Sunday Market. Pemilik kedai teh di Kashgar Old City. Perempuan penyapu jalan. Pria tua yang tertatih-tatih berjalan dengan tongkatnya. Penjual melon yang berbagi tungku pemanas tanpa berkata-kata. Pemilik toko kelontong yang menjual cokelat lokal Uighur.

Seperti adegan film bisu di masa lalu. Meski tanpa suara, tatapan mata mereka telah menjelaskan semua.

Biidznillah, semoga suatu hari nanti Allah pertemukan kita kembali. Ketika hangat Cahaya hidayah telah menyelimuti negerimu lagi.

Pak Rustam (Ade Rustam) pemilik Khalifah Tour yang menjadi jalan mewujudkan mimpi-mimpi saya. Menyusuri setiap jengkal bumi Allah. Mentafakurinya. Memunguti hikmah yang berserak dan membagikan pada siapa saja yang mau membacanya.

Mas Reggy Reggy Kartawidjaja, Manager Khalifah Tour yang berusaha mengakomodir semua kebutuhan perjalanan ini. Bukan destinasi yang mudah. Pun bukan waktu yang ideal. Namun, ia tetap bekerja keras untuk mewujudkannya.

"Xinjiang freezing, Bu. Suhunya (minus) -25 °C. Tapi saya tetap akan usahakan mencari mitra yang bisa membantu di sana," ucapnya yang akan selalu saya ingat.

Sahabat-sahabat saya Wisnu Aji, Mursid Widarsono Affandi, Sigit Triwahyu, Rizka S. Aji, Prita Apresianti, Frety Yuana Indriasari, Fannie Santoso, Ustadz Dedi Hariadi Hidayat, Mas Muhammad Subarkah. Adik-adik saya Faridtribun Unique, Laila-Anton A Irawan, Fatmawati Nurul Handayani, Kharisma Dian Ikawati, Yudha-Nana, Anis. Kepada mereka saya menittip pesan "Cariin kita kalau belum kembali ke Jakarta."

"Cinta tulus kalian membuat hati saya selalu hangat di perjalanan."

Dan satu nama yang paling penting dari semua: Mama, yang mengiringi setiap langkah saya dengan doa.

Jazakumullah khairan katsiran. Wa jazakumullah ahsanal jaza

Semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan yang berlimpah dan semoga Allah membalas kalian dengan balasan yang terbaik.

Untuk semua yang berkenan membaca dan membagikan catatan perjalanan Journey to Uighur-Xinjiang #1-10, semoga setiap huruf yang terbaca memberi manfaat, berbuah pahala untuk kita semua. Syukron lakum.

Duhai Sang Pemilik Cahaya, izinkan aku terus melangkah menuju CahayaMu. Menyusuri lekuk bumiMu. Bersujud di sebanyak-banyak masjidMu. Menuliskan kisah, dan membagikan pada siapa saja yang mau membacanya.

Biidznillah.

Jakarta, 9/1/2019

Follow me on IG @uttiek.herlambang

Tulisan dan foto-foto ini telah dipublikasikan di www.uttiek.blogspot.com dan akun media sosial @uttiek_mpanjiastuti

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement