Rabu 23 Jan 2019 15:43 WIB

Peneliti: Ikan Cakalang di Ambon Terpapar Plastik

Dari 51 sampe ikan cakalang, dua di antaranya ditemukan sampah di saluran pencernaan.

Nelayan memancing ikan cakalang dengan menggunakan teknik tradisional Huhate (pole and line).
Foto: Republika/Prayogi
Nelayan memancing ikan cakalang dengan menggunakan teknik tradisional Huhate (pole and line).

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Peneliti bidang pencemaran laut dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon, Corry Manulang menyatakan, hasil penelitian menemukan ikan cakalang yang telah terpapar sampah plastik. "Dari 51 sampel ikan cakalang yang kita teliti dua ikan diantaranya terpapar sampah plastik. Ikan cakalang ditelusuri saluran pencernaan untuk melihat apakah ada sampah atau tidak, hasilnya kita temukan dua dari 51 ikan cakalang," katanya di Ambon, Rabu (23/1).

Ia mengatakan, ikan yang diteliti adalah ikan asap yang dijual para pedagang di tempat pengasapan ikan Galala. "Menurut pedagang yang menjual ikan asap, ikan cakalang tersebut ditangkap di perairan Buru," ujarnya.

Corry mengakui, penelitian sampah plastik telah dimulai sejak 2017 dan dilakukan terhadap sampah plastik yakni ukuran plastik 2,5 Cm. "Ukuran tersebut cukup besar, tetapi tahun ini ia akan fokus ke ukuran plastik yang lebih kecil di bawah 0,5 Cm.

Dia mengatakan baru melakukan penelitian plastik di biota laut. Dia menambahkan kandungan plastik dalam ikan dapat menyebabkan beragam masalah kesehatan, seperti peradangan tubuh, kematian sel, sampai kerusakan saluran pencernaan.

"Yang namanya plastik berbahaya karena dia tidak bisa terurai ketika berada di alam, tetapi kembali lagi penelitian hanya pada taraf bahaya plastik di biota bukan pada dampak yang ditimbulkan pada manusia," ujar Corry.

Penelitian terhadap sampah plastik tersebut lebih difokuskan ke biota laut. Selain itu, biota yang makan plastik bisa mengalami kenyang palsu bahkan yang terburuk bisa mengakibatkan biota laut mati.

"Ikan yang makan plastik akan merasa kenyang, tetapi tubuhnya tidak bisa berbohong, karena yang dimakan bukan protein atau karbohidrat sehingga berdampak pada biota kerdil. Dampak lainnya adalah dapat mengurangi hasil kesuburan biota," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement