Rabu 23 Jan 2019 05:21 WIB

Dinkes: Bekasi Masih Aman dari Wabah DBD

Dinkes berharap kasus DBD di Bekasi terus berkurang.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pencegahan DBD. Petugas dari kelurahan Pasar Minggu mengasapi lingkungan warga di Pasar Minggu, Senin (21/1/2019).
Foto: Republika/ Wihdan
Pencegahan DBD. Petugas dari kelurahan Pasar Minggu mengasapi lingkungan warga di Pasar Minggu, Senin (21/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI –- Di tengah banyak daerah yang mulai mengalami peningkatan kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi menyatakan, wilayah berkependudukan 2,7 juta orang itu masih tergolong aman. Berdasarkan tren, jumlah kasus DBD di wilayah ini pada kurun 2017-2018 juga menurun.

"Situasi kita masih aman. Memang untuk data 2019 belum direkap, tapi laporan masih tidak mengkhawatirkan. Memang ada kasus tapi tidak melonjak," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Bekasi, Dezi Syukrawati kepada wartawan di Bekasi, Selasa (22/1).

Pihaknya mencatat. Sepanjang 2017 kasus DBD di Kota Bekasi mencapai 699 kasus. Angka itu kemudian menurun pada tahun 2018 menjadi 629 kasus. Dimana, dua kasus diantaranya mengakibatkan kematian. Dezi pun berharap, di tahun 2019 angka penderita DBD akan terus berkurang.

Kendati demikian, melihat intensitas hujan yang mulai memasuki fase puncak, pihaknya masih tetap melalukan penyuluhan kepada masyarakat untuk menjaga lingkungan. Khususnya pada tempat-tempat yang bisa menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk.

Di satu sisi, Dezi mengklaim pihaknya telah melakukan sosialisasi untuk pembuatan ovitrap pada rumah masing-masing. Ovitrap merupakan perangkap nyamuk menggunakan alat-alat sederhana.

Sementara itu, Dinkes mencatat untuk wilayah Kota Bekasi yang selama ini paling banyak ditemukan penderita  DBD yakni pada Kecamatan Bekasi Utara, Bekasi Barat, serta Jatiasih. "Tiga wilayah itu paling banyak DBD karena merupakan padat penduduk. Masih perlu ada penataan lingkungan, sehingga tidak ada saluran-saluran air yang tergenang," tuturnya.

Saat musim hujan seperti saat ini, Dezi menilai seluruh daerah rawan terjangkit DBD. Karena itu, ia meminta warga untuk tidak acuh pada lingkungan rumah masing-masing. Sebab, sekalipun dilakukan penyemprotan atau fogging, hasilnya tidak akan maksimal ketika lingkungan rumah tidak bersih. Fogging hanya mampu membunuh nyamuk yang beterbangan sementara jentik nyamuk tak akan mati.

Untuk diketahui, daerah-daerah yang kini tengah mengalami peningkatan penyakit DBD seperti di DKI Jakarta, Sukabumi, dan Bandung Barat. Intensitas hujan yang meningkat membuat penyebaran nyamuk aedes aegypti ikut meningkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement