REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Klitih yang berarti anarkisme remaja, belakangan mengalami pergeseran makna menjadi aksi kejahatan jalanan lantaran semakin marak terjadi. Untuk bisa menanggulangi itu, Polres Sleman membentuk Tim Khusus bernama Progo Sakti.
Kapolres Sleman, AKBP Rizki Ferdiansyah mengatakan, Timsus Progo Sakti itu sengaja dihadirkan sebagai usaha menekan angka kejahatan jalanan. Terlebih, tindak pidana itu kerap menelan korban baik luka-luka sampai jiwa.
Ia mengatakan, tindakan klitih yang dilakukan para remaja di bawah usia 20 tahun sudah termasuk membahayakan karena dapat menghilangkan nyawa. Maka itu, tindakan itu sudah termasuk perilaku kriminalitas.
Artinya, pelaku-pelakunya sudah harus diproses hukum agar memberikan efek jera. Setelah itu, dilakukan pembinaan kepada para pelaku supaya mereka memahami apa dampak dari perbuatan tercela mereka tersebut.
"Perilaku klitih yang sudah menghilangkan nyawa orang kami anggap tindak kriminalitas, walaupun pelaku kebanyakan masih berusia di bawah 20 tahun, bila terbukti bersalah harus diproses," kata Rizki di Ruang Tamu Bupati Sleman, Selasa (22/1).
Hal itu disampaikan saat menghadiri Rapat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Kabupaten Sleman. Ia menekankan, para pelaku yang tertangkap tentu saja akan dilakukan interogasi demi menguak motif.
Ironisnya, sebagian besar pelaku ketika dimintakan keterangan mengaku tidak mengenal korban-korban mereka. Selain itu, mereka mengaku tidak memiliki motif-motif tertentu seperti balas dendam dan lain-lain.
Untuk itu, demi benar-benar bisa menekan angka perilaku klitih, Polres Sleman akan meningkatkan giat operasi malam. Operasi akan dimulai sejak 21.00 sampai dini hari di beberapa titik yang berbeda di Kabupaten Sleman.
Rencana ini mendapat dukungan penuh Pemerintah Kabupaten (Pemkab Sleman). Bupati Sleman, Sri Purnomo, mengaku sangat mendukung langkah yang diambil Polres Sleman dalam mencegah tindak kejahatan klitih tersebut.
"Berharap usaha-usaha itu dapat mewujudkan situasi yang aman dan nyaman untuk masyarakat Kabupaten Sleman," ujar Sri.
Pada kesempatan itu, turut dibahas potensi-potensi kebencanaan di Kabupaten Sleman. Utamanya, yang berasal dari cuaca lantaran ini sudah memasuki musim hujan dan bahkan tengah mendekati puncaknya.
Selain itu, dibahas pula status waspada yang masih ditetapkan kepada Gunung Merapi. Serta, koordinasi pihak-pihak terkait demi terjaganya suasana yang konfusif menjelang pemilihan umum di Kabupaten Sleman.