Senin 21 Jan 2019 23:36 WIB

ISPA Menjadi Penyakit Paling Banyak Diidap Warga Solok

Warga yang mengidap ISPA mencapai 21.157 orang

Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/ Feny Selly
Pasien Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, AROSUKA -- Pemerintah Kabupaten Solok melaporkan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit paling banyak diidap warga sepanjang 2018.

"ISPA merupakan penyakit yang diidap 21.157 orang, rematik sebanyak 8.256 orang, kemudian hipertensi 8.558 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, Sri Efianti di Arosuka, Senin (21/1).

Ia menjelaskan setelah ketiga penyakit tersebut juga ada diare tanpa dehidrasi dengan pasien 6.341 orang dan penyakit kulit alergi dengan jumlah penderita 4.924 orang pada urutan keempat dan kelima.

Data tersebut ia sebutkan berdasarkan data dari pelayanan di 19 puskesmas di Kabupaten Solok.

Pengidap ISPA paling banyak di Kecamatan Kubung dengan 2.466 penderita dari Puskesmas Selayo dan 1.057 orang dari Puskesmas Tanjung Bingkung Lembah Gumanti di Puskesmas Alahan Panjang sebanyak 2.727 orang dan Puskesmas Sungai Nanam 458 orang.

Menurut dia, pada beberapa tahun sebelumnya penyakit gastritis atau gangguan pencernaan (asam lambung) menjadi penyakit yang paling banyak diderita masyarakat."Sekarang sudah berkurang, dan menjadi penyakit kesepuluh terbanyak di Solok," ujarnya.

Ia menyebutkan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan mencegah penyakit berbahaya pihaknya membuat program penanggulangan penyakit kronis (Prolanis) di puskesmas yang ada di daerah tersebut. Program tersebut bisa berbentuk senam atau sosialisasi kesehatan kepada masyarakat seperti mengajak masyarakat memakai obat herbal atau alami untuk penyakit ringan dan menanam tanaman obat keluarga (Toga) di rumah masing-masing.

Dinas Kesehatan juga membentuk satu kelompok asuhan mandiri (asman) untuk setiap nagari yang bertujuan memperkenalkan Toga dan mengajak masyarakat untuk mengolah obat dari tanaman tersebut. Pihaknya akan melatih petugas dari setiap puskesmas untuk menanam dan mengolah obat alami  sendiri kemudian membentuk buku pengolahan. Selanjutnya petugas puskesmas akan melatih kadernya dari masyarakat untuk membentuk kelompok. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement