Selasa 22 Jan 2019 02:00 WIB

Petani Garam Minta Cawapres Sandiaga Hentikan Impor Garam

Petani minta dukungan infrastruktur untuk garam.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani melakukan panen garam di Desa Konang, Pamekasan, Jawa Timur, Selasa (7/8). Harga garam ditingkat petani di Madura turun dari bulan Juni lalu yaitu Rp 2.1 juta menjadi Rp1.1 juta hingga Rp1.3 juta per ton karena mulai musim panen
Foto: Saiful Bahri/Antara
Petani melakukan panen garam di Desa Konang, Pamekasan, Jawa Timur, Selasa (7/8). Harga garam ditingkat petani di Madura turun dari bulan Juni lalu yaitu Rp 2.1 juta menjadi Rp1.1 juta hingga Rp1.3 juta per ton karena mulai musim panen

REPUBLIKA.CO.ID,SAMPANG -- Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Sandiaga Salahuddin Uno berdialog dengan petani garam dan perwakilan warga Desa Sumenep, Karanganyar dan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur pada Senin (21/1). Para petani meminta Sandiaga menghentikan impor garam dari Australia dan India jika terpilih nanti.

Ketua Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia (Apgasi), Syaiful Rahman mengatakan, jika Sandiaga terpilih bersama Prabowo untuk melayani rakyat Indonesia, diharapkan dapat memperbaiki nasib para petambak dan petani garam yang makin sengsara.

"Petani garam sangat butuh perhatian pemerintah, kami hanya minta pak (Sandiaga) stop impor garam dari Australia dan India," kata Syaiful saat membuka acara dialog bersama cawapres nomor urut 2, Senin (21/1).

Ketua Forum Petambak Garam Madura (FPGM), Muhamad Yanto mengaku, setiap tahun petambak garam selalu punya masalah. Biang masalahnya adalah impor di menteri perdagangan dan data di menteri perindustrian. Data dari menteri perdagangan dan menteri perindustrian membuat petani garam rugi terus menerus.

Ia menegaskan, tidak membenci impor asal impornya tidak kebablasan. Kalau Sandiaga menjadi wakil presiden, tolong cari menteri yang sanggup dan mampu. "Jangan seperti sekarang, bukan kami anti impor, jangan anak tirikan kami sebagai anak bangsa," ujarnya.

Ahmad Sukardi petambak garam dari Sampang jauh-jauh datang ke Sumenep untuk berdialog dengan Sandiaga. Ia memberikan masukan agar ada infrastruktur untuk petambak garam. Harus ada infrastruktur irigasi hingga infrastruktur untuk membawa garam dari tambak ke truk. Infrastruktur di sekitar ini sekitar 60 persen belum terbangun.

Sandiaga prihatin mendengar keluhan para petani garam. Padahal 60 persen garam di Indonesia berasal dari Pulau Madura. Oleh sebab itu Madura disebut sebagai pulau garam. Sandiaga pun berkomitmen untuk mencari menteri-menteri yang berpihak kepada rakyat jika terpilih nanti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement