Ahad 20 Jan 2019 19:09 WIB

Fasilitas TPI Minim, Nelayan Bongkar Ikan di Luar Indramayu

Banyak kapal nelayan yang memilih sandar di luar Indramayu

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Nidia Zuraya
  Nelayan mengisi solar ke dalam jerigen di dermaga kapal ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat.   (Antara/Dedhez Anggara)
Nelayan mengisi solar ke dalam jerigen di dermaga kapal ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat. (Antara/Dedhez Anggara)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Kabupaten Indramayu diyakini menjadi daerah yang memiliki kapal perikanan tangkap paling banyak di Indonesia. Namun sayang, daerah tersebut tak memiliki pelabuhan perikanan yang memadai.

Akibatnya, banyak kapal yang memilih sandar di luar Indramayu. Salah seorang pemilik kapal nelayan di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Suwarto menyebutkan, jumlah kapal perikanan tangkap di Karangsong saja tercatat ada sekitar 500 unit.

Dari jumlah itu, 200 unit di antaranya berukuran diatas 30 gross ton (GT). Sedangkan sisanya berukuran dibawah 30 GT.

"Coba bandingkan dengan daerah lain di Indonesia, kapal perikanan tangkap di Karangsong ini paling banyak,’’ tukas Suwarto, saat ditemui di Desa Karangsong, Sabtu (19/1).

Namun, lanjut Suwarto, tempat pendaratan kapal di Karangsong hanya berupa tempat pelelangan ikan (TPI). Fasilitas di TPI itupun minim, tak sebanding dengan banyaknya hasil tangkapan dari ratusan kapal-kapal tersebut.

Akibatnya, banyak kapal asal Karangsong yang mendaratkan kapalnya dan membongkar hasil tangkapannya di luar Indramayu. Salah satunya di Jakarta.  

"Kapal yang bongkar di Karangsong ini paling hanya separuhnya saja. Sisanya bongkar di luar Indramayu,’’ kata pria pemilik sembilan kapal berukuran diatas 30 GT tersebut.

Suwarto menilai, di Karangsong harusnya dibangun pelabuhan nusantara. Pasalnya, jika sudah menjadi pelabuhan nusantara, maka pemerintah akan membangun berbagai sarana dan prasarana pendukung yang lengkap.

Terpisah, Ketua Koperasi Perikanan Laut (KPL) Mina Sumitra Karangsong, Darto, mengakui adanya kapal asal Karangsong yang membongkar hasil tangkapannya di luar Indramayu. Dia mengatakan, hal tersebut terjadi karena fasilitas di TPI Karangsong memang minim.

"Kami berharap para pemilik kapal mau bongkar hasil tangkapannya di Karangsong ini,’’ tutur Darto.

Darto menyebutkan, saat ini jumlah raman kotor (nilai transaksi) di TPI Karangsong dalam setahun mencapai sekitar Rp 500 miliar. Jumlah itu mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Darto optimis, jika di Karangsong dibangun Pelabuhan Nusantara, maka jumlah raman akan lebih tinggi lagi. Pasalnya, seluruh kapal akan mendarat dan membongkar hasil tangkapannya di Karangsong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement