Jumat 18 Jan 2019 23:33 WIB

Kementerian PUPR Bangun 5 Km Tanggul Sungai Cimanuk

Tanggul dan check dam dibangun pada 2017 2018 dengan biaya Rp 110,8 miliar

Red: EH Ismail
Kementerian PUPR bangun tanggul di Sungai Cimanuk
Kementerian PUPR bangun tanggul di Sungai Cimanuk

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT --  Pasca banjir bandang yang terjadi di Kota dan Kabupaten Garut, Jawa Barat pada 20 September 2016 lalu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bergerak cepat dengan melakukan tanggap darurat dan dilanjutkan pembangunan tanggul Sungai Cimanuk dan anak Sungai Cimanuk seperti Cibarengkok dan Cikajang  sepanjang total 5 Km pada 2017-2018.

Presiden RI Joko Widodo saat meninjau kawasan terdampak banjir bandang Garut, Jawa Barat, Kamis (29/9) memerintahkan untuk melakukan penataan hulu Sungai Cimanuk melalui konservasi tanah dan air serta penataan ruang. Selain itu perbaikan tanggul Sungai Cimanuk serta pembangunan dua tower rumah susun sederhana sewa (rusunawa) bagi korban bencana banjir bandang.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat meninjau langsung ke lokasi banjir bandang  (23/9) mengatakan rusaknya vegetasi di kawasan DAS menjadi salah satunya penyumbang terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.

 "Untuk memperbaiki DAS kritis, dibutuhkan peran serta semua pihak," kata Bsuki.

Pembangunan tanggul dilakukan di Kecamatan Karangpawitan, Garut Kota, Tarogong Kidul, Cikajang, dan Pasir Wangi. Selain tanggul, Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung juga membangun empat buah Check Dam di hulu sungai untuk menahan laju sedimentasi ke hilir.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung Happy Mulya mengatakan, pembangunan tanggul dan check dam dilakukan pada 2017 dan 2018 dengan total biaya sebesar Rp 110,8 miliar.

“Dengan sedimentasi yang tinggi, Sungai Cimanuk membutuhkan 30 check dam, sekarang sudah selesai 4 buah,” kata Happy saat meninjau salah satu lokasi yang terkena banjir bandang pada 2016 lalu yakni di Jalan RSU Dr Slamet, Kabupaten Garut.

Menurut Happy, untuk mencegah terulangnya banjir bandang di Garut, pembangunan infrastruktur pengendali banjir juga perlu diiringi dengan penataan kawasan resapan di daerah hulu Sungai Cimanuk. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk termasuk DAS kritis dimana sekitar 100 ribu hektar atau 30 persen daerah tangkapan airnya mengalami kerusakan. Di hulu DAS terjadi perubahan pemanfaatan lahan yang sebelumnya tanaman keras menjadi perkebunan tanaman hortikultura seperti wortel, kentang dan akar wangi.

“Akibatnya air hujan tidak bisa terserap optimal ke dalam tanah dan mengakibatkan semakin banyak aliran air permukaan yang masuk ke Sungai dengan membawa sedimen. Sementara di hilir sungai juga terjadi penyempitan sungai akibat permukiman,” ujar Happy.

Sebagaimana diketahui, pada 20 September 2016 lalu, Garut mengalami banjir bandang yang mengakibatkan sekitar 35 orang meninggal dunia, 633 rumah terendam, 54 rumah hanyut, dan ribuan warga terpaksa mengungsi. Banjir juga merusak tanggul banjir di Kaum Lebak sepanjang 50 meter dan Sukajaya sepanjang 250 meter. Untuk mengenang dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga DAS Cimanuk dibangun Tugu Peringatan Banjir Bandang Sungai Cimanuk.

Kepala Kecamatan Terogong Kidul, Kabupaten Garut, Lilis Neti mengatakan, pasca banjir bandang masyarakat sekitar Sungai Cimanuk was-was terjadi lagi banjir. “Alhamdulillah setelah pembangunan tanggul selesai, tidak terjadi banjir lagi. Warga yang rumahnya rusak akibat banjir juga sudah dipindahkan ke Rusun. Saya harapkan kawasan bantaran sungai yang akan dibebaskan nantinya menjadi kawasan hijau,” tutur Lilis.

Kementerian PUPR melalui Ditjen Penyediaan Perumahan bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Garut membangun dua tower Rusun di Kecamatan Margawati bagi korban banjir. Rusun yang menghabiskan biaya sebesar Rp 44,5 miliar dengan jumlah 140 unit dan telah dilengkapi meubelair, air bersih dan listrik. Saat ini Rusun tersebut sudah dihuni warga.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement