REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengaku belum memperbarui (update) daerah-daerah yang mengalami kejadian luar biasa (KLB) penyakit demam berdarah dengue (DBD). Alasannya menurut Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi hingga saat ini belum ada data terakhir KLB DBD.
"Masih akan diklarifikasi ke provinsi ya," katanya saat dihubungi Republika, Jumat (18/1). Disinggung mengenai 13 provinsi telah mengalami peningkatan kasus awal pekan ini, ia mengaku belum mengetahuinya.
"Mungkin dari Subdit surveilens ya. Kalau saya belum dapat nanti saya coba cek ya," ujarnya. Sementara itu Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Anung Sugihantono memberikan komentar serupa.
Sebelumnya Kemenkes mengkonfirmasi 13 provinsi yang mengalami peningkatan kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) hingga per Senin (14/1). Peningkatan kasus penyakit ini cenderung dapat menjadi kejadian luar biasa (KLB) DBD, bahkan provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu di Kabupaten Manggarai Barat dan Sulawesi Utara telah dinyatakan KLB.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Anung Sugihantono mengaku dirinya mendapat laporan dari Subdit Surveilans Kemenkes bahwa dua provinsi yaitu Sulut dan Kabupaten Manggarai Barat, NTT telah mengirimkan W1 atau laporan mingguan wabah penyakit ini.
"NTT dan Sulut mengirimkan W1 dan daerah-daerah ini mengalami peningkatan kasus DBD dibandingkan sebelumnya. Jadi provinsi-provinsi itu sudah KLB DBD," ujarnya saat dihubungi Republika, Selasa (15/1).
Ia menambahkan, NTT dan Sulut termasuk dalam daerah-daerah lainnya yaitu di 13 provinsi yang mengalami peningkatan penyakit atau KLB DBD.