REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sragen mengantisipasi adanya penambahan pasien Demam Berdarah Dengue (DBD). Antisipasi berupa penambahan tempat tidur pasien jika diperlukan.
Direktur RSUD Sragen, Didik Haryanto, mengatakan, sejak Desember 2018 sampai 16 Januari 2019, RSUD Sragen merawat 121 pasien DBD. Secara rinci, pada Desember 2018 sebanyak 70 pasien dan 1-16 Januari 2018 ada 51 pasien. Khusus 16 Januari, ada 20 pasien DBD yang dirawat di RSUD Sragen, di mana lima pasien di antaranya baru masuk hari tersebut.
"Kondisinya belum sampai ke syok. Masih bisa ditangani dengan baik," terangnya kepada wartawan, Rabu (16/1).
Sebelumnya, terdapat dua pasien DBD yang meninggal yakni satu dewasa dan satu anak-anak. Menurutnya, pasien yang meninggal tersebut sudah masuk kondisi DSS (Dengue Shock Syndrome) atau stadium syok.
Saat ditanya mengenai bangsal khusus, Didik menyatakan tidak ada. Sebab, pasien DBD tidak perlu disendirikan karena penyakitnya tidak menular.
Justru, yang perlu diwaspadai peningkatan pasien yang berobat ke RSUD Sragen karena Pemkab telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Antisipasi dilakukan dengan penambahan tempat tidur. "Selama ini masih cukup. Yang di bangsal Anggrek untuk anak-anak kapasitasnya 32 bed," katanya.
Dengan adanya kondisi darurat tersebut, jika nantinya ada penambahan pasien, maka tempat tidur pasien akan ditambahkan pada ruangan. Misalnya, ruangan berkapasitas lima temapt tidur akan ditambah. Sehingga, dia memastikan nantinya tidak ada pasien yang berada di lorong-lorong.
"Kami akan berusaha mengatur. Kalau ada penderita DBD masuk kesini kami upayakan penambahan tempat tidur," ujarnya.
Sementara untuk tenaga medis, dia mengklaim jumlahnya saat ini sudah cukup. Tenaga medis disesuaikan dengan ruangan. Namun, jika nantinya ada penambahan tempat tidur pasien, maka kemungkinan tenaga medis juga akan ditambah. "Untuk kasus DBD akan kami prioritaskan," ujarnya.