REPUBLIKA.CO.ID, Segerombolan kambing berada di hamparan sampah di kolong tol Wiyoto Wiyono, Kelurahan Papanggo, Jakarta Utara. Kolong tol itu tampak seperti tempat pembuangan sampah (TPS) yang luas.
Dimulai dari belakang Masjid Babah Alun hingga sekitar 800 meter ke belakang, kolong tol itu menjadi tempat pembuangan sampah. Beberapa tiang-tiang pondasi kolong tol tampak menghitam bekas asap api yang mengepul dari pembakaran sampah oleh warga.
Jalanan di sepanjang kolong tol yang dekat dengan permukiman warga RT 11 RW 8 Kelurahan Papanggo, Jakarta Utara juga hitam, bukan lagi tanah yang cokelat. Meski pada Rabu (16/1) tidak turun hujan, tetapi jalanan di kolong tol itu becek. Tanah yang sudah bercampur dengan sampah-sampah yang sudah tertimbun sejak lama.
Warga sekitar yang tinggal di samping kolon tol terlihat biasa terhadap tumpukan sampah-sampah. Hal itu terlihat dari adanya laki-laki yang tampak terlelap tidur di atas bale bambu.
Bahkan ada ibu-ibu yang berjualan makanan seperti sosis bakar di kolong tol. Para warga yang berjalan kaki dan mengendarai kendaraan motor juga berlalu-lalang melewati sampah-sampah yang berserakan di kolong tol.
Salah satu warga RT 11 RW 8, Eman (43) membenarkan bahwa sampah rumah tangga yang ada di kolong tol Wiyoto Wiyono berasal dari warga sekitar. Menurut dia, lantaran tak tersedianya tempat penampungan sampah sementara.
"Tempat sampah jauh ada di Warakas sama di Waduk Cincin. Ibu-ibu kan kejauhan kalau buang sampah ke sana, jadi mereka tinggal ikat terus lempar saja ke kolong tol ini," ujar Eman saat ditemui Republika di warung kelontongnya yang berada di kolong tol berbatasan dengan gang permukiman warga.
Menurut dia, baik RT maupun RW tidak mengadakan program gerobak sampah keliling kampung yang mengangkut sampah setiap hari. Eman mengatakan, hanya ada tukang gerobak sampah yang mengangkut sampah-sampah warga dengan memungut biaya.
Itupun, lanjut dia, sampah yang sudah diangkut dibuang di kolong tol. Ia mengatakan, bahkan para tukang gerobak sampah itu juga mengangkut sampah dari kampung-kampung lain.
Menurut Eman, para warga akan berhenti membuang sampah di kolong tol apabila pemerintah setempat menyediakan tempat sampah sementara. Kemudian nantinya, petugas kebersihan setiap hari mengangkut sampah-sampah itu.
"Warga juga pasti mau kok kalau memang disediakan fasilitasnya," kata Eman.
Hal senada juga diungkapkan Siti Umamah (33), ia ingin petugas kebersihan mengangkut sampah-sampah rumah tangga dari warga setiap hari secara rutin. Ia mengatakan, jika sampah diangkut sepekan sekali akan menimbulkan bau tak sedap dan menumpuk.