Selasa 15 Jan 2019 15:38 WIB

Polisi Kesulitan Analisis CCTV Teror Rumah Pimpinan KPK

Polisi masih mengusut CCTV yang lain.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Muhammad Hafil
Polisi memeriksa area temuan benda diduga mirip bom di rumah pribadi Ketua KPK Agus Rahardjo di Perumahan Graha Indah, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (9/1/2019).
Foto: Antara/Risky Andrianto
Polisi memeriksa area temuan benda diduga mirip bom di rumah pribadi Ketua KPK Agus Rahardjo di Perumahan Graha Indah, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (9/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi mengalami kesulitan dalam menganalisis sejumlah closed circuit television (CCTV) terkait teror bom yang terjadi di rumah dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Raharjo dan Laode M Syarif. Polisi beralasan, rekaman CCTV tak terbaca dengan jelas.

"Untuk CCTV, karena memang kondisinya agak gelap, kemudian untuk kameranya itu kemampuan menangkap berita (gambar) harus dianalisis kembali, masih agak kesulitan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo di Jakarta, Selasa (15/1).

Kendati demikian, Dedi menegaskan, polisi akan terus mengidentifikasi sejumlah CCTV lain di komplek dua rumah pimpinan KPK tersebut untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas. Rumah Agus terletak di Perum Graha Indah Blok A9 Jatimekar, Jatiasih, Kota Bekasi. Sementara, Rumah Laode terletak di Jalan Kalibata Selatan 42 C, Kalibata, Jakarta Selatan.

"Kita masih berupaya lagi dengan CCTV yang lain. Karena kemampuan kamera untuk menangkap tidak sebagus harapan kita," kata Dedi.

Kesulitan dalam menganalisis CCTV ini sama seperti saat polisi kesulitan dalam menganalisis penyerangan Novel Baswedan April 2017 silam. Polisi juga gagal mengidentifikasi tersangka melalui rekaman CCTV sekitar rumah Novel, meski sempat meminta bantuan pada kepolisian Australia.

Selain sulit mengidentifikasi rekaman CCTV, Dedi menyampaikan, polisi juga masih melakukan upaya menggambar sketsa orang yang diduga berkaitan dengan teror tersebut berdasarkan keterangan saksi di tempat kejadian perkara. Penggambaran itu, kata Dedi memerklwaktu dan kesabaran, serta pencocokan berulang.

"Yang digital itu akan menyempurnakan kembali sketsa wajah digital kita bisa lebih mengerucut pada orang yang diduga melakukan teror bom dua rumah pimpinan KPK," kata Dedi menegaskan.

Pada Rabu (9/1), rumah Ketua KPK Agus Rahardjo di Perum Graha Indah Blok A9/15 RT. 004/014 Jatimekar, Jatiasih, Kota Bekasi dikirim sebuah tas. Tas tersebut berisi pipa, kabel baterai dan semen putih, yang disebut polisi sebagai bom palsu atau fake bomb. Sementara rumah Wakil Ketua KPK Laode M Syarif, di Jalan Kalibata Selatan 42 C, Kalibata, Jakarta Selatan, dilempar bom molotov.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement