Senin 14 Jan 2019 07:19 WIB

Waspada DBD!

Perlu kesadaran melaksanakan gerakan 3-M untuk atasi DBD.

Fogging darurat RW 03, Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, karena telah ditemukan tiga kasus DBD dan hasil positif banyak jentik nyamuk di rumah warga.
Foto: Republika/Rahma Sulistya
Fogging darurat RW 03, Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, karena telah ditemukan tiga kasus DBD dan hasil positif banyak jentik nyamuk di rumah warga.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Binti Sholikah

KARANGANYAR — Pemerintah daerah mulai mewaspadai wabah demam berdarah dengue (DBD) yang muncul awal 2019. Di Karanganyar, hingga Jumat (11/1), dilaporkan tujuh kasus DBD. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Karanganyar, Rita Ratna Sari Dewi, mengatakan, berdasarkan laporan rumah sakit, pasien DBD berasal dari kecamatan Jaten, Kerjo, Jumantono, Mojogedang, dan Karanganyar.

Baca Juga

"Ini daerah-daerah endemis demam berdarah kecuali Kerjo. Ini perlu diwaspadai karena DBD merebak ke luar wilayah endemia," ujarnya kepada wartawan, Jumat (11/1) lalu.

Rita menambahkan, selama 2018, tercatat 77 kasus DBD di Kabupaten Karanganyar. Dari jumlah tersebut, sebanyak tiga orang dinyatakan meninggal akibat DBD. Tiga kasus meninggal dunia karena DBD tersebut masing-masing terjadi di Kelurahan Bejen, Kecamatan Karanganyar; Desa Waru, Kecamatan Kabakkramat; dan Deaa Dagen, Kecamatan Jaten. Pasien meninggal dunia terdiri atas satu orang dewasa dan dua anak-anak.

Meski pada 2018 jumlah kasusnya mengalami penurunan dibanding 2017, DKK tetap melakukan pengawasan secara intens terhadap kasus DBD. Menyikapi hal tersebut, DKK terus menggiatkan Puskesmas dan PKK di setiap kelurahan/desa untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Terlebih, di musim hujan seperti saat ini menjadi waktu yang tepat bagi nyamuk untuk berkembang biak. Karenanya, masyarakat terus diimbau untuk menghilangkan jentik-jentik nyamuk.

Upaya pengasapan atau fogging, menurut dia, hanya dilakukan jika ada permintaan. Sebab, fogging bukan satu-satunya solusi pencegahan DBD. Melainkan pemberantasam sarang nyamuk dengan 3M yakni menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan mengubur barang bekas.

"Dilakukan fogging nyamuk hilang, tapi jentiknya masih bisa dewasa. Selain itu, masyarakat bisa terkena ISPA, asap itu racun," kata Rita.

Rita menekankan, nyamuk Aedes aegypti pembawa virus dengue tidak berkembang biak di tempat-tempat kotor seperti selokan. Melainkan hidup di tempat-tempat bersih seperti genangan air hujan, tetesan air dispenser, pot bunga, bak mandi, tempayan, dan ember.

Sekretaris DKK Karanganyar Fatkhul Munir, menyatakan bakal mengulang kembali sosialisasi 3-M kepada para simpul masyarakat. Mereka tergabung dalam sukarelawan pemantau jentik (jumantik) dan kelompok kerja penanggulangan (Pokjanal) DBD. Mereka terdiri dari unsur tokoh masyarakat, tim penggerak PKK, serta perangkat pemerintah setempat.

"Para sukarelawan menularkan pengetahuan pemberantasan saran nyamuk, dan menangani pasien di awal inkubasi demam berdarah," ucapnya.

Di Lampung, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Metro Silfia Naharani menyatakan pihaknya mewaspadai meningkatnya pasien penyakit demam berdarah karena pada tahun ini memasuki siklus lima tahunan penyakit tersebut. “Kalau secara epidemiologi, kita masuk siklus lima tahunan. Biasanya penyakit DBD akan meningkat,” kata Silfia, Ahad (13/1).

Menurut dia, perkembangan penyakit DBD di Kota Metro sejak 2017 cenderung mengalami penurunan. Pada 2017, terjadi 83 kasus dan pada 2018 sebanyak 59 kasus dengan satu kasus kematian. “Tahun 2019 ini per tanggal 10 Januari terjadi 10 kasus DBD. Tetapi kita memasuki siklus lima tahunan penyakit DBD. Makanya perlu kewaspadaan dan upaya bersama, baik pemerintah maupun masyarakat agar tidak terjadi peningkatan,” ujarnya.

Silfia meminta masyarakat untuk ikut berperan aktif mencegah penyebaran penyakit DBD di lingkungan masing-masing dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dan gerakan 3-M Plus. “Karena jika pemerintah sudah melakukan upaya mencegah DBD, tetapi masyarakat tidak mau berperan aktif ya sama saja. Saya juga mengimbau masyarakat segera datang ke rumah sakit jika menderita panas selama tiga hari,” katanya.

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jenderal Ahmad Yani Metro Erla Adrianti menjelaskan, pihaknya sudah menyiagakan dokter, perawat, dan fasilitas penunjang untuk mengantisipasi lonjakan pasien akibat penyakit DBD. “Kita menyiagakan dokter, perawat, ruangan, dan lainnya supaya nanti ketika ada pasien DBD bisa langsung ditangani,” kata dia. Menurut Erla, pasien DBD di Kota Metro biasanya akan melonjak mulai Januari hingga Maret.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepulauan Bangka Belitung (Babel) juga mengintensifkan kembali program Jumat bersih, guna menekan kasus DBD selama musim hujan. “Kami meminta kepala desa dan lurah kembali mengintensifkan Jumat Bersih, mengingat kasus DBD pada 2018 yang mengalami peningkatan signifikan dibandingkan 2017,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Babel Mulyono, di Pangkalpinang, Sabtu.

Ia mengakui, program Jumat bersih selama 2018 tidak berjalan dengan baik, sehingga berdampak terhadap meningkatnya kasus DBD yang mencapai 768 orang atau melonjak 535 dibandingkan 2017 yang hanya tercatat 233 kasus.

“Kami sudah menyampaikan Surat Edaran Gubernur Kepulauan Babel tentang Optimalisasi Program Jumat Bersih ke pemerintah kabupaten/kota, kecamatan, hingga desa dan kelurahan,” ujarnya.  (antara ed: agus raharjo)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement