REPUBLIKA.CO.ID, SORONG -- Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir mengingatkan warga Muhammadiyah untuk tidak berlebihan mendukung calon presiden-calon wakil presiden. Ia pun mengibaratkan kontestasi politik dangan pertandingan sepak bola.
Seperti menonton pertandingan sepak bola, ia menekankan, akan sangat pusing jika mendukungnya secara berlebihan. Karena itu, menontonnya harus bisa tanpa terlalu masuk ke hati.
Artinya, jangan sampai kegiatan politik seperti pemilu dianggap sebagai kondisi gawat darurat. Jadi, cukup biasa saja menghadapi datangnya pemilu seperti waktu yang normal.
"Ada yang a ada yang b, sudah normal saja, bila perlu dengan rasa gembira," kata Haedar di Universitas Muhammadiyah Sorong, Ahad (13/1).
Karena itu, ia mengimbau warga Muhammadiyah tidak terbawa-bawa arus politik. Sebab, politik memang datang setiap lima tahun sekali dan itu merupakan peristiwa yang normal saja.
"Bapak dan ibu sekalian pegang kepribadian dan khittah Muhammadiyah, cuaca politik apapun itu akan kita sikapi dan hadapi dengan rendah hati tapi kuat pendirian," kata dia.
Namun, Haedar menegaskan, menghadapinya secara normal bukan berarti memilih secara asal. Memilih tetap harus menggunakan kecerdasan, penuh tanggung jawab, tetapi tetap dengan kebersamaan.
"Pegang khittah ini untuk kita berbuat bagi bangsa ini tanpa melihat pilihan-pilihan politik, tapi kita aktif meluruskan kiblat bangsa," kata Haedar.
Jadi, warga Muhammadiyah justru harus memainkan peran meluruskan bangsa. Ia mengingatkan, politik harus memiliki moral, keadaban dan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.
Haedar menjelaskan, sikap seperti itu harus dimiliki warga Muhammadiyah bukan karena perintah-perintah melainkan amanat sistem. Bahkan, di Muktamar Makassar, sudah ditetapkan sikap Muhammadiyah.
"Agar berdiri di atas kepribadian dan khittah," ujar Haedar.