Ahad 13 Jan 2019 16:45 WIB

Kiai Ma'ruf Ingatkan Pentingnya Kesantunan di Tahun Politik

Kiai Ma'ruf berharap umat Islam tetap meneladani Nabi Muhammad SAW.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ratna Puspita
Calon Wakil Presiden nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin.
Foto: Republika/Muhyiddin
Calon Wakil Presiden nomor urut 01 KH Ma'ruf Amin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Wakil Presiden nomor urut 01, KH. Ma'ruf Amin mengingatkan umat agar selalu menjaga kesantunan dan keramahan dalam pergaulan sosial di dunia nyata maupun di dunia maya, khususnya di tahun politik ini. Hal itu disampaikan Kiai Ma'ruf dalam Pengajian dan Silaturahmi Awal Bulan Bersama Ulama di Pondok Pesantren Madinatunnajah, Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan, Ahad (13/1).

Kiai Ma'ruf berharap, di tengah hiruk pikuk politik yang semakin bising, umat Islam tetap berpegang teguh dengan meneladani Nabi Muhammad SAW. Teladan dari Nabi Muhammad SAW, yakni santun, penuh kasih sayang dan lemah lembut dalam bermasyarakat. 

"Kita jangan mudah dipengaruhi perilaku dan prasangka buruk. Jangan mudah terprovokasi oleh berita-berita yang tidak benar. Bahkan, kalau kita melihat ada langkah yang perlu diluruskan, luruskanlah dengan cara yang halus. Bukan dengan mencaci-maki," ujar Kiai Ma'ruf dalam siaran persnya, Ahad (13/1). 

Ketua umum MUI ini pun mencontohkan sikap para Nabi yang ditulis dalam sejarah. Menurut dia, dalam berdakwah dan mengajak pada kebenaran para nabi selalu melakukan dengan lemah lembut. Seperti halnya Nabi Musa, kata dia, Nabi Musa dalam menghadapi Firaun juga diperintahkan memberi peringatan dengan santun.

"Nabi Muhammad juga mengajarkan kesantunan. Karena kesantunan membawa Rahmat. Islam itu menasihati, bukan memaki. Islam itu merangkul, bukan memukul. Islam itu ramah bukan marah-marah," ucap mustasyar PBNU ini.

Kiai Ma'ruf juga mengingatkan jamaah untuk tidak berprasangka buruk pada siapapun, termasuk pada ulama yang mengambil ijtihad tersendiri untuk terjun di dunia politik. Karena, menurut dia, saat ini banyak orang tak menghormati ulama.

"Padahal daging ulama itu beracun. Karena itu, kalau kita tak setuju dengan langkah ulama, lebih baik diam. Tidak mencela apalagi menyebar dusta dan fitnah kepada ulama," jelas Kiai Ma'ruf.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement