Sabtu 12 Jan 2019 22:34 WIB

Muzammil tak Tahu Kelompok Radikal yang Disebut Gus Yaqut

Gerakan Aksi 212 dinilai berjalan tertib dan terkendali.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas (tengah) memperkenalkan anggotanya saat pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/1/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas (tengah) memperkenalkan anggotanya saat pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, Al-Muzzammil Yusuf menuturkan, pernyataan Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas soal kelompok radikal di Pilpres 2019, jelas bukan merujuk pada Aksi 212. Dia pun tak tahu siapa yang dimaksud Yaqut itu.

"Bukan (Aksi) 212 yang tertib terkendali, tidak merusak, demokratis, itu gerakan kedewasaan berpolitik Islam. Jadi saya enggak tahu, saya engak bsia menilai yang dimaksud siapa," kata dia di Jakarta, Sabtu (12/1).

Menurut Muzzammil, kelompok yang radikal justru patut disematkan pada kelompok komunis di Indonesia. Selain itu juga kelompok yang kerap menembaki aparat pertahanan negara. "Yang radikal itu, komunis di Indonesia, dan yang nembak-nembaki tentara kita. Itu yang radikal, kenapa mereka enggak diselesaikan," kata dia.

Baca juga, Temui Jokowi, GP Ansor: Kami Resah dengan Kelompok Radikal.

Sebelumnya jajaran pengurus dan pimpinan wilayah Gerakan Pemuda Ansor dari seluruh Indonesia menemui Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jumat (11/1) kemarin. Salah satu topik pembahasan yang disampaikan adalah adanya dugaan gerakan kelompok radikal yang menginduk pada salah satu pasangan calon presiden dan wapres.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas menyebutkan, mereka resah dengan adanya potensi aliran dukungan kelompok-kelompok radikal terhadap salah satu kontestan pilpres itu. Ia menyebut gerakan kelompok ini tersebar di sejumlah daerah di Indonesia terutama di Jawa Barat dan Riau.

Di kedua wilayah tersebut, kata Yaqut, gerakan kelompok radikal terkonsilidasi. "Mereka bukan merusak pemilu, namun mereka menginduk pada salah satu kontestan pemilu untuk masukkan agenda-agenda mereka. Ya dirikan Negara Islam lah, Khilafah Islamiyah, atau minimal mereka dirikan NKRI bersyariat," jelas Yaqut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement