Jumat 11 Jan 2019 23:47 WIB

Kepala BNPB Ajak Semua Komponen Kurangi Risiko Bencana

“Pencegahan jauh lebih murah dan mudah daripada saat melakukan penanganan,”

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo (kiri) melakukan salam komando dengan mantan Kepala BNPB Laksamana Muda (Purn) Willem Rampangilei (kanan) usai pelantikan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/1/2019).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo (kiri) melakukan salam komando dengan mantan Kepala BNPB Laksamana Muda (Purn) Willem Rampangilei (kanan) usai pelantikan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Doni Monardo mengajak tokoh-tokoh masyarakat dan agama untuk dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat. Terutama terkait dengan pengurangan risiko bencana. 

Doni mengatakan, dengan pelibatan semua komponen, semua masyarakat dapat mengetahui dan semakin menyadari untuk mengurangi risiko bencana. “Jadi harus ada sebuah kepedulian tidak hanya pada tingkat pemerintah provinsi kabupaten, kota tetapi sampai dengan tingkat desa. Kami berharap kepala-kepala desa, kepala kampung, lurah memiliki pengetahuan risiko bencana saat ini,” ucap Doni di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Jawa Barat seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Jumat (11/1) malam.

Setelah sholat Jumat siang tadi, Doni mencontohkan bahwa beberapa tokoh setempat tidak mengetahui bahwa di kawasan selatan Sukabumi merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami. “Seluruh tokoh masyarakat, terutama ulama, seminggu sekali saat khotbah atau pengajian, mengingat mayoritas masyarakat Jawa Barat ini beragama Islam, untuk menyisipkan 2 - 3 menit, perhatian kepada alam. Kita peduli alam, alam merawat kita," ujarnya.

Ia menambahkan, BNPB akan bangun emosi masyarakat agar setiap saat mereka memiliki kepedulian, misalnya pada musim hujan, kewaspadaan kita akan banjir dan tanah longsor. Kemudian menjelang musim kemarau, dengan kebakaran hutan. Dan beberapa tempat yang telah diberikan analisis oleh sejumlah pakar, itu juga harus pihaknya antisipasi. Doni juga menekankan bahwa mencegah jauh lebih mudah daripada kita melakukan penanganan.

“Pencegahan jauh lebih murah dan mudah daripada saat melakukan penanganan,” kata Doni Monardo yang didampingi oleh Kepala BMKG dan PVMBG, serta pejabat kementerian/lembaga di Desa Sirnaresmi. 

Pada saat meninjau desa yang tertimpa longsor pada 31 Desember 2018 lalu itu, Doni menilai masyarakat yang tinggal di wilayah dengan  kemiringan 30 derajat tersebut perlu memperhatikan tanaman yang ditanam. Warga setempat banyak menanam tanaman sayuran dan padi. Bersamaan dengan kunjungan di kawasan longsor itu, Doni dan para komunitas menanam 10.000 bibit vetifer untuk jangka pendek, yang bisa membantu untuk mengurangi risiko bencana. Selain 10.000 bibit tersebut, BNPB juga menanam 2.500 bibit pohon campuran, seperti tanaman buah dan tanaman keras yang endemik di Jawa Barat.   

Sehubungan dengan penunjukkan sebagai Kepala BNPB, Doni mendapatkan perintah dari Presiden Joko Widodo untuk melakukan penanggulangan bencana secara terintegrasi. Kamis malam (10/1), BNPB mengajak beberapa lembaga untuk menekankan pada informasi yang diberikan oleh para pakar, seperti di bidang vulkanologi, geologi, seismik, dan tsunami. 

"Para pakar inilah yang harus kita ikuti. Pakar ini ibaratnya sebuah tim intelijen jadi ketika menghadapi ancaman, informasi intelijen itu sangat penting. Program-program yang berhubungan dengan masyarakat berorientasi pada informasi dari para pakar. Kalau kita tidak mengikuti hasil riset dan temuan mereka yang semakin akurat maka kita akan salah," katanya. 

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, puncak musim hujan di wilayah Jawa Barat masih berlangsung hingga akhir Januari hingga Maret. Pihaknya akan selalu memberikan informasi perkembangan yang penting, misalnya dengan potensi cuaca ekstrim. Dwikorita menyampaikan bahwa sangat penting untuk mengantisipasi bahaya di musim hujan ini, khususnya di wilayah rawan banjir dan longsor. BMKG dan PVMBG bersinergi untuk memberikan peringatan dini. 

“Kami memberikan peringatan dini 3 – 6 hari sebelum terjadi cuaca ekstrim sehingga peringatan dini segera kami kirimkan ke BPBD setempat agar mengkondisikan warga dalam 3 – 6 hari tersebut," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement