Sabtu 12 Jan 2019 04:00 WIB

Bagasi Berbayar Ditakutkan Lumpuhkan Pariwisata Sumbar

Kebijakan bagasi berbayar membuat pengusaha harus mananggung rugi.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Muhammad Hafil
Pemandangan kawasan wisata Mandeh di Pesisir Selatan, Sumatera Barat
Foto: Republika/Hazliansyah
Pemandangan kawasan wisata Mandeh di Pesisir Selatan, Sumatera Barat

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kebijakan bagasi berbayar untuk penumpang yang diterapkan sejumlah maskapai penerbangan dikhawatirkan akan melumpuhkan industri pariwisata di Sumatra Barat. Ketua Asosiasi Pengusaha Tour Travel (Asita) Sumbar Ian Hanafiah menyebutkan, aturan baru ini ditakutkan akan membuat wisatawan enggan membeli oleh-oleh yang berpotensi menambah berat bagasi.

Ujungnya, ujar Ian, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menenga (UMKM) yang kebanyakan bergerak di sektor kuliner ikut terimbas sepinya permintaan oleh-oleh. "Bagasi berbayar membuat wisatawan enggan membeli oleh-oleh, zero commission (untuk agen) membuat pengusaha gulung tikar dan biaya mahal membuat wisatawan lari ke luar negeri," jelas Ian Hanafiah, Jumat (11/1).

Beban besar juga harus ditanggung agen perjalanan pascapenetapan kebijakan bagasi berbayar. Ian menyebutkan, tak sedikit anggota Asita yang terlanjut menyepakati kontrak paket wisata dengan sejumlah grup wisatawan. Dalam kontrak tersebut tentunya tidak ada ketentuan penambahan bagasi berbayar seperti yang sudah diterapkan oleh maskapai Lion Air dan Wings Air.

"Kebijakan bagasi berbayar membuat pengusaha harus mananggung rugi tidak sedikit, bahkan hingga terlilit utang," katanya.

Pariwisata Sumatra Barat semakin terpukul dengan mahalnya tiket penerbangan langsung Jakarta menuju Padang dalam satu bulan terakhir. Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno bahkan sempat menyurati dua maskapai yakni Garuda Indonesia dan Lion Group terkait mahalnya tiket saat ini.

"Sudah banyak sekali keluhan yang masuk ke kami. Pengusaha tour juga mengeluh karena dampaknya juga besar terhadap sektor pariwisata," kata Irwan.

Harga tiket pesawat yang mahal sebetulnya bukan hal baru bagi Sumatra Barat, khususnya saat menjelang Lebaran. Namun sejak akhir tahun 2018 lalu, harga tiket pesawat sudah melonjak dan mendongkrak angka inflasi di Sumatra Barat.

"Garuda Indonesia Rp 1,9 juta one way, memang masih dalam range batas atas. Tapi harga itu menjadi acuan bagi maskapai lainnya untuk menetapkan tariff, sehingga semuanya jadi mahal," katanya.

Sebelumnya, Maskapai Berbiaya Hemat (LCC) Citilink Indonesia juga berencana menerapkan tarif bagasi pesawat. Aturan pengenaan tarif rencananya berlaku bagi rute domestik. Kebijakan ini mengikuti langkah Lion Air dan Wings Air yang menyesuaikan tarif bagasi penumpang kelas ekonomi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement