Kamis 10 Jan 2019 08:42 WIB

Menelusuri Sumber Sampah Kali Pisang Batu

Kali mulai tercemar dan banyak sampah sekitar tahun 1989.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Esthi Maharani
Timbunan sampah di kali perbatasan antara Keluarahan Pejuang, Kota Bekasi dan Desa Setia Asih, Kabupaten Bekasi. Sampah tersebut merupakan sumber tumpukan sampah di Kali Pisang Batu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi yang saat ini tengah diangkut oleh belasan truk.
Foto: Republika/Dedy D Nasution
Timbunan sampah di kali perbatasan antara Keluarahan Pejuang, Kota Bekasi dan Desa Setia Asih, Kabupaten Bekasi. Sampah tersebut merupakan sumber tumpukan sampah di Kali Pisang Batu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi yang saat ini tengah diangkut oleh belasan truk.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Aparatur Desa Pahlawan Setia dan Setia Mulya kompak membantah, bukan warganya yang menjadi penyebab ratusan ton sampah menumpuk di aliran Kali Pisang Batu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.

Sumber sampah yang mengular hingga 1,5 kilometer di aliran Kali Pisang Batu itu disebut-sebut berasal dari wilayah perbatasan. Tepatnya di antara Desa Setia Asih, Kabupaten Bekasi dan Kelurahan Pejuang, Kota Bekasi.

Penelusuran Republika, wilayah perbatasan itu hampir-hampir jarang dilalui manusia. Sisi selatan kali, deretan mobil warga di Perumahan Taman Harapan Baru (THB) tengah terpakir. Di sisi utara, rumah-rumah warga Kavling Surut Jaya tampak berhimpitan dan berdiri tepat di atas turap kali.

Dua permukiman itu berbatasan langsung dengan Desa Setia Asih yang menjadi wilayah Kabupaten Bekasi. Di titik itulah, timbunan sampah rumah tangga mengular hingga sekitar 500 meter dan siap menempuh perjalanan tujuh kilometer ke Desa Pahlawan Setia dan Setia Mulya.

Warga Desa Setia Asih, Qonih (64 tahun), menuturkan, memang benar banyak warga yang membuang sampah ke langsung kali. Namun, ia tak bisa memastikan asal muasal warga itu. Mereka datang sembari menaiki motor dan langsung pergi begitu saja.

“Ya paling warga sekitar sini,” kata Qonih, Rabu (9/1). Qonih dan suami yang berprofesi sebagai pengepul barang bekas alhasil sering turun ke kali untuk mencari botol-botol bekas.

Petugas keamanan Taman Harapan Baru, Dadan Fadhilah (32), menjelaskan, warga setempat tidak membuang sampah ke kali. Sebab, truk sampah petugas kebersihan secara rutin datang dua kali seminggu. Warga sempat membakar sampah yang menumpuk itu, namun tak bisa maksimal lantaran lembap.

Dadang bercerita, sampah itu berasal dari Pasar Pejuang serta permukiman padat penduduk yang berdiri di seberang kali. Mereka, katanya, kerap kali terlihat membuang sekantong sampah dari halaman belakang rumah yang berdempetan dengan Kali Blancong, sebutan warga sekitar. 

Nih, ini sampah dari pasar dan warga seberang bantaran kali. Numpuk di perbatasan karena kali menyempit. Ini sudah masalah lama,” ujarnya dengan nada emosi.

Timbunan sampah itu, lanjut Dadang, belum seberapa jika dibandingkan saat musim kemarau. Sebab, sampah terus ditumpuk sedangkan air surut dan kental akibat terkenal limbah pabrik. Dadang yang sudah sejak lahir tinggal di Pejuang menuturkan, kali mulai tercemar dan banyak sampah sekitar tahun 1989.

Dahulu, sampah biasanya terurai ke sawah di bantaran kali. Namun, kian hari sawah berganti rumah dan lebar kali terus menyempit. Itu sebabnya, sampah tertahan, menumpuk, dan siap membanjiri Kali Pisang Batu di Desa Pahlawan Setia dan Setia Asih ketika air kiriman datang.

Salah satu warga RT 07/08 Kavling Surut Jaya yang enggan disebutkan namanya mengaku, penduduk di sekitar rumahnya kerap terlihat membuang sampah ke kali. Menurut dia, perilaku itu lantaran tidak adanya petugas kebersihan yang rutin mengambil sampah. Sekalipun ada petugas kebersihan, warga enggan membayar.

“Ini, kiri-kanan saya buang sampah ke kali. Hanya saya saja yang sampahnya diambil petugas karena saya inisiatif bayar sampah Rp 20 ribu sebulan. RT juga tidak mengakomodir agar ada truk sampah rutin kesini,” ujarnya

Dikonfirmasi, Ketua RT 7/8 Sukmaji Waseso mengaku belum pernah melihat warganya yang buang sampah ke Kali Blancong. Meski begitu, melihat lingkungan bebas yang mengelilingi Kali Blancong, tak menutup kemungkinan ada warga dalam dan luar kavling yang menjadi pelaku. Belum lagi soal sampah kiriman dari wilayah paling hulu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement