Rabu 09 Jan 2019 20:15 WIB

Status BPTJ di Bawah Kemenhub Disebut jadi Kendala

Kajian menyebut seharusnya BPTJ ada di bawah kendali langsung presiden

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jakarta (BPTJ) Bambang Prihartono (kanan), Direktur Utama PT Railink Heru Kuswanto (trngah), dan Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Wijanarko (kiri) menjelaskan mengenai peresmian bus transjakarta yang terintegrasi di Stasiun Sudirman Baru untuk Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (28/12).
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jakarta (BPTJ) Bambang Prihartono (kanan), Direktur Utama PT Railink Heru Kuswanto (trngah), dan Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Wijanarko (kiri) menjelaskan mengenai peresmian bus transjakarta yang terintegrasi di Stasiun Sudirman Baru untuk Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (28/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) disebut memiliki kendala karena berada di bawah komando Kementrian Perhubungan. 

Kepala BPTJ Bambang Prihartono membenarkan hal tersebut. Menurutnya, kekuatan wewenang BPTJ selama berstatus underbouw Kemenhub menjadi lemah di hadapan lembaga lain setingkat kementerian.

"Kendala sudah pasti ada, kewenangan down grade, powernya down grade, semua down grade. Jadinya diikuti sama hal yang lainnya sampai persoalan pembiayaan," katanya kepada Republika, Rabu (9/1).

Saat membentuk BPTJ, ia mengaku bersama Bappenas sudah melakukan kajian dan studi mendalam dengan pihak Jepang untuk membicarakan rencana pengelolaan transportasi Jabodetabek.

Dari hasil kajian tersebut, direkomendasikan bahwa semestinya BPTJ merupakan badan atau lembaga yang dibawahi langsung oleh presiden. Sehingga, BPTJ sebelumnya direncanakan menjadi lembaga setingkat kementerian.

"Jadi kalau ditanya soal itu, kembali saja ke studinya. Jadi studinya memang mengatakan seperti itu (lembaga setingkat kementerian). Saya tidak bermimpi tapi itu berdasarkan studi, studinya ada, rekomendasinya seperti itu," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement