Rabu 09 Jan 2019 18:08 WIB

BRT di Kota Semarang Kini Berbahan Bakar Gas

Transportasi yang baik harus didukung dengan alat yang memadai.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi (tengah) meninjau proses perakitan bus rapid transit (BRT) di pabrik karoseri Laksana di Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (20/7).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi (tengah) meninjau proses perakitan bus rapid transit (BRT) di pabrik karoseri Laksana di Bergas, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat (20/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sarana transportasi massal berbahan bakar gas, kini mengaspal di Semarang, Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah. Hal ini ditandai dengan peluncuran Program Converter Gas untuk Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang, di Patra Convention Hotel Semarang, Rabu (9/1).

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan, transportasi yang baik harus didukung dengan alat yang memadai. Termasuk masalah konversi energi sebagai langkah untuk memperbaiki sistem transportasi.

“Kurangi minyaknya, tetapi gas-nya ‘dipolke’ untuk menghasilkan emisi yang lebih ramah lingkungan,” ujarnya, saat memberikan sambutan pada acara peluncuran Program Converter Gas untuk BRT Trans Semarang.

Ia juga menjelaskan, pemakaian energi tenaga listrik untuk transportasi di Kota Semarang pun juga perlu dicoba. Seperti yang dilakukan di Jepang. SPBU telah berganti menjadi tempat ‘charger’ kendaraan listrik.

Sehingga, ke depan, di Kota Semarang bisa menaikkan sarana transportasi massal dari bahan bakar gas menjadi listrik. “Di Jepang, hari ini sudah ada bus tenaga listrik dan hidrogen,” tandasnya.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah, lanjut Ganjar, juga berkomitmen untuk terus mengembangkan transportasi yang lebih baik di Jawa Tengah.

Salah satunya dengan reaktivasi rel KA, agar antar daerah dapat terkoneksi lebih lancar. Selain itu, mewujudkan transportasi yang baik, nyaman, aman, dengan tarif yang terjangkau oleh masyarakat harus dilakukan.

Termasuk kerja sama dengan berbagai pihak harus lebih menukik dan hasil kerjanya konkret. Seperti Kota Semarang ini, yang telah meluncurkan program Converter Gas untuk BRT Trans Semarang.

Di lain pihak, cara berpikir masyarakat yang harus dievaluasi. Karena sebagian masih melihat dengan subjektif dalam pemakaian kendaraan pribadi.

Ia mencontohkan, sekarang jalan raya tidak macet karena ada tol. Tapi, menjadi macet karena banyak yang acaranya mencoba tol. “Saya kemarin menikmati perjalanan Surabaya-Semarang hanya tiga jam lebih lima menit,” jelasnya.

Seperti diketahui, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang telah bekerja sama dengan Pemkot Toyama, Jepang, dalam hal pengkonversian bahan bakar 72 armada Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang.

Sebelumnya, ke-72 armada BRT ini menggunakan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar menjadi bahan bakar gas (BBG) jenis Compressed Natural Gas (CNG). Grand launching juga dihadiri Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Budi Setiyadi.

Termasuk Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM Alimuddin Baso; Wali Kota Toyama Jepang, Mr Masashi Mori, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, serta Presiden of Hokusan Co Ltd, Yamaguchi Masahiro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement