REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Nasaruddin Umar berharap debat capres-cawapres tak menjadi ajang saling menjatuhkan antarsesama. Nasaruddin pun berharap kedua kubu pengusung serta kandidat capres-cawapres tetap menjaga akhlaknya.
“Perlu kita mengingatkan batas-batas kewajaran kita sebagai warga, bagnsa, dan anggota umat. Ya akhlakul karimahnya jangan ditinggalkan, boleh kita suraranya keras tapi tetap kepalanya dingin,” tutur Nasaruddin kepada Republika usai mengisi seminar nasional di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Selasa (8/1).
Kendati dinamika politik semakin memanas jelang debat perdana capres-cawapres pada 17 Januari mendatang, Nasarudin berharap masih tetap dalam batas wajar. Dia pun meyakini debat pemilihan umum sebagai proses dalam berdemokrasi akan berjalan dengan lancar.
Di lain sisi, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu juga mengingatkan para tokoh agama tak menjadikan tempat-tempat ibadah sebagai tempat untuk mengkampanyekan salah satu pasangan calon. D
“Silakan secara individu memilih calonnya, tapi jangan menggunakan simbol-simbol seperti masjid gereja atau rumah ibadah lainya. Dalam khotbah jum’at itu juga engga boleh (mengkampanyekan paslon),” katanya.
Diketahui dinamika politik makin memanas jelang debat capres-cawapres, kedua kubu berbeda pandangan terkait beberapa keputusan KPU muali dari penyampaian visi misi hingga pemberian daftar pertanyaan kepada para pasangan calon.